Rabu, 03 September 2008

B. Maria dalam Gereja.

I. Pendahuluan
Dalam sejarah perkembangan hidup Gereja, iman kepada Maria menjadi pengalaman rohani yang mendarah-daging (berakar) di dalam kehidupan iman umat kristiani. Munculnya praktek devosional kepada Maria tidak dipungkiri lagi sebagai akibat dari pengalaman iman Gereja yang mendalam akan Maria dalam tata karya keselamatan Allah. Pengalaman batiniah yang mendalam dengan Maria inilah, sehingga Maria mendapat tempat yang istimewa dalam kehidupan Gereja. Maria menjadi Ibunda Gereja dan pengentara doa-doa umat beriman yang diserukan kepada Puteranya Yesus Kristus. Karena itu, tidak jarang dalam liturgi gereja pada pesta-pesta Bunda Maria terdengar julukan-julukan Maria seperi “Bunda Yang Tak Mati”, “Tembok tak terhancurkan”, “Siap untuk Mendengar”, “Kegembiraan semua orang yang sedih”, “Bunga berbau manis”, “Penjelmaan kerendahan hati”, “Kelembutan” dan lain sebagainya.
Maria mendapat tempat yang istimewa di dalam gereja, karena Maria dipanggil untuk menjadi Ibunda Sang Penebus, Kristus Sang Pengentara keselamatan dari Allah. Gereja dalam ziarahnya di dunia mencontohi teladan Bunda Maria yakni meneladani “Ziarah yang dilakukannya dalam imannya dan dengan penuh penyerahan diri dilanjutkan dalam persatuan dengan Puteranya sampai ke salib” Di sini sesungguhnya menegaskan peranan Maria dalam sejarah keselamatan di mana perawan Maria Yang Terberkati menjadi Ibunda Kristus.

Konsili Vatikan II menekankan bahwa, “Bunda Allah sudah merupakan pemenuhan eskatologis Gereja, sebab pada perawan tersuci, Gereja telah mencapai kesempurnaan, yaitu ada tanpa cacat atau cela (Bdk. Ef 5:27) ” Untuk itu, semua umat beriman, pengikut Kristus mesti berusaha untuk meningkatkan kesucian dengan mengalahkan dosa, dan salah satu cara mencapai kesempurnaan dalam Allah tersebut adalah menengadahkan mata kepada Maria agar Maria membantu mendoakan semua umat beriman kepada Puteranya. Karena itu, Maria sesungguhnya adalah pendoa bagi umat beriman dan menjadi Ibu bagi putera-puteri pengikut Kristus, sebab pada Maria terdapat kepenuhan rahmat yang dibagikan oleh Allah melalui Putera-Nya.

II.Arti Kepengentaraan Maria dalam Konteks Kristus Sebagai Satu-satunya Pengentara
Dalam pengakuan iman Kristen, Kristus adalah satu-satunya pengentara antara manusia dengan Allah. Hal ini secara amat jelas tertuang dalam dokumen konsili Vatikan II artikel 60 yang mengatakan bahwa “pengentara kita hanya satu, menurut sabda Rasul: sebab Allah itu esa, dan esa pula pengentara antara Allah dan Manusia, yakni Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang (1 Tim 2:5-6). ” Dengan demikian pertanyaan patut kita lontarkan, apa persisnya peranan Maria dalam misteri Gereja?
Maria dalam pengakuan iman Gereja adalah Ibunda Kristus. Karena Kristus adalah kepala atas Gereja, maka peranan keibuannya juga dikenakan bagi semua saudara-saudari Kristus yang masih berziarah kepada Puteranya. Di sini dalam perannya tersebut, Maria bukannya mau mengurangi kepengentaraan Kristus sebagai satu-satunya pengentara manusia terhadap Allah, melainkan Maria memperlihatkan kuasannya yaitu menjadi pengantara dalam Kristus. Dengan posisinya menjadi pengentara antara manusia dengan Kristus, Maria mempunyai kedudukan istimewa di dalam Gereja dan bisa dipandang sebagai typos Gereja karena hubungannya dengan Kristus, sebagai bunda-Nya. Hal ini berarti semua pengaruh Perawan Yang Terberkati dalam tata penyelamatan atas umat manusia adalah karya jari tangan Allah.
Dengan demikian, Maria dalam pengakuan iman Gereja merupakan typos Gereja dan contoh orang beriman yang patut diteladani. Dalam ketokohannya inilah Maria menjadi suri teladan bagi umat beriman. Karena itu, perlu diakui bahwa segala rahmat yang mengalir ke dalam umat beriman merupakan kepenuhan dari jasa-jasa Kristus dan bertumpu pada kepengentraan-Nya serta tergantung pada-Nya. Di sini, menjadi jelas bahwa kepengentaraan Maria berkaitan erat dengan peran keibuannya di mana dalam perannya itu, Maria sebagai ibu biologis bagi Putera Allah di mana oleh kekuatan Roh Kudus, Maria mendapat keistimewaan dari Allah yakni mengandung, melahirkan dan memelihara Putera Allah.
Peranan keibuan Maria menjadi penting di dalam Gereja sebab, Maria menjadi contoh kesetiaan pada panggilan Allah. Hal ini nyata dalam jawabannya pada panggilan Allah untuk hidup perawan di mana Maria mempersatukan dirinya dengan kehendak Allah yakni mau merelakan dirinya dalam cinta kasih seorang dara yang diresapi oleh sikapnya yang mau menjadi pengantin “hamba Tuhan”. Karena itu, kepengentaraan Maria merupakan sebuah gambaran peran sebagai ibu rohani umat beriman yang mengimani Yesus Kristus Puteranya yang menerima hidup rahmat di dalam Gereja. Inilah inti kepengentaraan Maria dalam kaitan dengan Kristus sebagai satu-satunya pengentara.

III. Gelar Kepengentaraan Maria Pada Masa Kini
Dari seluruh penjelasan di atas, maka gelar Maria sebagai pengentara masih diterima dalam Gereja. Hal ini secara amat jelas diuraikan dalam Lumen Gentium artikel 62 yang menjelaskan bahwa selain ikut sertanya dalam sejarah karya Yesus di Palestina, Maria juga pada masa kini memiliki perannya yakni peran keibuan yang aktual bagi semua umat beriman yaitu dalam kasih keibuannya, di dalam Gereja Maria diterima sebagai pengentara yang mendoakan dan meneruskan doa umat beriman kepada Puteranya. Hal inilah yang menggerakkan Gereja untuk menghormati Maria hingga masa kini dan kepadanya Gereja berikan julukan Pembela, Penolong, Pemberi bantuan, dan perantara.
Peranan kepengentaraan Maria dalam misteri iman Gereja mendapat titik legitimasi oleh karena iman Gereja akan misteri Maria diangkat ke surga. Di sini dalam pengangkatan Maria ke surga, Maria telah diwujudkan secara sempurna, semua buah dari perantaraan tunggal Kristus Penebus dunia dan Tuhan yang bangkit :”Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (Bdk. 1 Kor 15:22-23).” Dalam misteri Maria diangkat ke surga tertera iman Gereja bahwa Maria “disatukan oleh ikatan erat dan tidak terputuskan” dengan Kristus karena, bila dia sebagai Perawan dan Ibu pribadi dipersatukan dengan Dia dalam kedatangan-Nya yang pertama, maka dengan bekerja sama dengan-Nya Maria juga akan dipersatukan dengan-Nya secara khusus dan luhur karena jasa-jasa Sang Putera.
Dengan demikian, oleh persatuan dengan Puteranya, peranan Maria dalam misteri iman Gereja diterima dan diakui oleh semua umat beriman. Perawan Terberkati juga erat dipersatukan dengan Gereja maka dia diakui sebagai Bunda Allah yang melambangkan Gereja dalam iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Krisatus. Dengan demikian, pengakuan Maria sebagai pengantara merupakan sebuah tugas dari Gereja untuk rela belajar dari Maria, meneladani matra keibuannya dan mencontohi panggilannya. Di sini mau menjelaskan bahwa Gereja yang merupakan tanda dan sarana persekutuan erat dengan Allah mencontohi keibuan Maria yakni oleh gerakkan Roh Kudus, Gereja “melahirkan” putera-puteri, umat beriman ke dalam hidup baru dalam persekutuan dengan Kristus. Maka, hubungan yang erat antara Maria dan Gereja pada masa kini hemat saya, tetap diterima hingga kini. Hubungan erat itu ditandai dengan pola meneladani dan mencontohi. Dengan meniru dan mencontohi Bunda Allah, maka Gereja oleh kuasa Roh Kudus menjadi “perawan” yang mengandung, melahirkan, memmelihara, dan menghantar umat beriman ke dalam persatuan dengan Kristus.

IV.Penutup
Dalam kehidupan Gereja, Maria diakui dan diimani sebagai pengentara yang bersama dengan para kudus lainnya mendoakan umat beriman pada Kristus. Karena itu, kepengentaraannya berupa perannya untuk mendoakan umat beriman pada puterannya. Oleh pengentaraannya sebagai pendoa bagi umat beriman, maka penghormatan kepada Maria di masa kini tetap mendapat simpati dalam hati umat beriman.
Hubungan antara umat beriman dengan Maria merupakan sebuah hubungan dalam terang “peneladanan” di mana Maria menjadi contohi, suri teladan, kebajikan, tanda kesetiaan, kelembutan, dan kerendahan hati bagi umat beriman untuk mengikuti panggilan Allah.


Berdoalah selalu dan monlah kepada yang telah memberi kehidupan, kita semua milik Nya maka telah tiba waktunya pikirkan dan doakan sesama mu.

Tidak ada komentar: