Jumat, 18 Juli 2008


Santo Mikhael
Penolong bagi yang sakit dan sedang sekarat

St. Mikhael, Sang Malikat Perang, tidak hanya berfungsi sebagai pengawal perang Gereja. Di mana masa lalu, pada Gereja di daerah Timur, fungsi sebagai penyembuh juga diberikan kepadanya.

Tradisi menyebutkan bahwa pada tahun-tahun awal, St. mikhael menjadikan sebuah mata air muncul di dearah Chairotopa dekat Kolose dan semua yang memiliki penyakit dan mandi di sana sambail berseru kepada St. Mikhael akhirnya mengalami kesembuhan.
Yang lebih terkenal lagi adalah sumber-sumber mata air di mana St. Mikhael dikatakan telah menariknya kelur dari bebatuan di daerah Kolose. Para kaum pagan memerintahkan dilakukannnya upaya untuk menghancurkan sumber mata air yang datang dari st. Mikhael tersebut dengancara membanjirinya dengan air, tetapi Malaikat Perang membelah batu-batu yang ada di sana dengan kilat untuk memberikan tempat baru bagi air yang membanjiri tempat tersebut dan memisahkannya dengan air yang datang dari sumber mata air miliknya.
Di Konstantinopel, separti biasanya, St. Mikhael merupakan seorang penyembuh yang hebat dari Surga. Para penganut Kristen dari Mesir menempatkan sungai sumber kehidupan milik mereka, sungai Nil, di bawah perlindungan St. Mikhael. Di Roma, gereja-gereja didirikan dan dipersembahkan untuk St. Mikahel seperti yang terjadi pada gereja-gereja di tahun 494. Pada masa pemerintahan St. Gregorius memerintahkan untuk dilakukannya prosesi permohonan ampun dimana ia sendiri menggendong patung Perawan yang terbekati selama prosesi tersebut berlangsung.
Delapan puluh orang meninggal selama prosesi itu, tetapi St. Gregorius Agung terus melanjutkan doa-doanya. Ketika mereka sampai pada sebuah jembatan yang menyeberangi daerah Tiber, mereka mendengar lagu-lagu dari para malaikat diangkasa. Tiba-tiba di atas menara kastil San Angelo, St. Mikhael muncul dalam ukuran raksasa. Di tangan kananya ia memengemggam sebuah pedang yang dibenamkan di dalam sarungnya. Di saat yang bersamaan, musibah penyakit di kota itu perlahan-lahan menghilang.
Banyak dari instansi-instansi yang juga percaya akan adanya keajaiban alam mengilustrasikan kekuatan St. Mikhael untuk menyembuhkan penyakit yang juga diberikannya kepada St. Rafael, "Sang Penyembuh Penyakit dari Allah".
Walaupun kapten perang dari Gereja tuhan, St. Mikhael menaruh perhatian lebih pada kejadiaan-kejadiaan yang terjadi pada orang-orang yang memujanya, terutama pada musibah-musibah yang terjadi atas mereka, sementara ia tidak melihat permintaan pribadi mereka untuk kesembuhan di dalam keadaan apapun, biarlah kita tetap memiliki sebuah keyakinan untuk meminta bantuan kepadanya pada saat kita sedang mengalami sakit penyakit dan jika itu merupakan kehendak Tuhan bahwa kita boleh mengalami bantuan dari st. Mikhael, maka ia pasti akan datang untuk membantu kita melawan penyakit dan mengalami kesembuhan yang datang dari Drah Penebus.

St. Mikhael dan mereka yang sedang sekarat.
Bila di dalam belas kasih-Nya Bapa kita yang di Surga memutuskan untuk memanggil kita pulang. St. Mikhael akan melanjutkan pelayanannya sebagai maliakat atas kita sampai ia melihat kita telah sampai dengan selamat di gerbang kehidupan kekal. Karena tidak hanya pada saat kita masih hidup Sang malaikat Perang akan membentangi dan melindungi jiwa-jiwa kita, ia juga terutama adalah pengacara pada saat kematian kita. "Ia menyertai setiap orang yang sedang sekarat," "Karena tugas istimewa adalah untuk menerima jiwa-jiwa yang telah dipanggil, pada saat raganya berhenti berfungsi, Ia dengan ketenangannya yang mendamaikan dan keberadaannya yang bagai seorang pangeran, membawa mereka kepada Cahaya abadi dan memperkenalakan mereka kepada Rumah Kemuliaan Tuhan. Gereja Kudus sendiri yang memberitakan kepada kita pada kata-kata di saat Liturgi mengenai hak istimewa dari sang malaikat Perang yang Agung. Gereja mengajarkan kepada kita bahwa ia telah diperintahkan oleh Surga dan bahwa Tuhan telah memberikannya kuasa untuk membawa ke Surga jiwa-jiwa yang akan diterima di sana."
Ketika saat-saat terakhir dari karir duniawi kita semakin dekat dan kita dihadapkan pada situasi yang buruk dimana jiwa kita harus meninggalkan tubah kita yang telah sangat dicintainya untuk melewati gerbang kematian yang sangat sempit, setan dan iblis menjadi seperti singa-singa yang kelaparan ketika mereka mengupayakan serangan terakhir mereka untuk memenangkan jiwa-jiwa kita. Tetapi kita tidak perlu takut jika selama hidup kita memiliki Devosi kepada Darah Yang Suci dan telah dengan setia menghormati St. Mikhael dan memohon bantuannya pada saat-saat terakhir kita.

Di waktu-waktu tersebut ketika kita benar-benar membutuhkannya, Malaikat Perang yang tangguh, yang selalu siap untuk mendampingi jiwa-jiwa yang setia, akan datang sebagai bantuan untuk kita dengan kepemimpinannya yang mulia dan perkasaannya. Ia akan melingkupi kita dengan perlindungannya yang kuat dan akan membawa kita. Oleh karena itu sangatlah dianjurkan untuk memohon pertolongan St. Mikhael guna mendampingi kita saat-saat menjelang kematian kita.
Di tengah-tenggah tulisan St. Alfonsus Ligouri, kami menemukan sepaenggal cerita berikut mengenai penyertaan St. Mikhael pada saat menjelang kematian.
Seorang yang datang dari kaum ningrat di Polandia hidup bertahun-tahun di dalam kejahatan. Ketika saat-saat menjelang kematiaannya semakin mendekat, ia dipenuhi dengan terror dan tersiksa oleh penyesalan manakala ia menyadari kecerobohan yang sering ia lakukan sehingga ia merasa seperti tidak memiliki pengharapan. Tidak ada ucapan ataupun penyemangat yang dapat berarti baginya; ia menolak sepenuhnya setiap upaya keagamaan yang ingin dilakukan kepadanya"

"Pria tidak berbahagia ini, bagaimanapun juga, masih memiliki sedikti hormat kepada St> Mikhael dan Tuhan dengan belas kasih-Nya mengizinkan Malaikat Perang yang Suci itu untuk menghampirinya di perjuangan terakhirnya. St. Mikhael mendorong pria itu untuk mengakui dan mengatakan bahwa ia telah memohon untuk diberikan cukup waktu bagi pria itu untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh jiwanya."

"Tidak terlau lama setelah itu, dua pastor Dominikan datang ke rumah pria tiu, mengatakan bahwa seorang asing telah mengirim mereka ketempat itu. Pria yang sedang sakit itu menyadari bahwa ini merupakan pekerjaan tangan St. Mikhael. Ia mengakui semua dosa-dosanya di tengah-tengah tangisan penyesalannya, menerima Komuni Suci dengan Devosi yang sangat menyentuh dan menghembuskan nafas terkahirnya dengan indikasi yang sangat jelas bahwa jiwanya telah berdamai dengan Allah."

Sumber St. Mikhael and The Angels serta sumber-sumber lainnya.

Doa kepada St. Mikhael

Santo Mikhael Malaikat Agung,
Belalah kami pada hari pertempuran,
Jadilah pelindung kami,
Melawan kejahatan dan jebakan si jahat.

Dengan rendah hati kami mohon,
Kiranya Allah menghardiknya,
Dan semoga Engkau.
Hai Panglima Pasukan Surgawi,
Dengan kuasa Allah,
Mencampakan ke dalam neraka,
Setan dan semua roh jahat lain,
Yang berkeliaran di dunia,
Hendak membinasakan jiwa-jiwa.
Amin.

Maria Pintu Gerbang Surgawi


Maria Pintu Gerbang Surgawi



Penggambaran Bunda Maria secara simbolik dalam naskah-naskah suci memperlihatkan juga bagi kita, suatu pintu gerbang, yang dalam konteks ini menandakan kekuasaan Bunda kita atas Neraka sebagai Perantara yang Mulia dan menyatakan identitas mistisnya sebagai Bait Allah.

Simbol yang lain dari Perawan Maria adalah Pintu Gerbang, Dalam bahasa timur, pintu gerbang merupakan symbol kekuasaan. "Dalam berbagai Kitab Suci istilah "Gates" (pintu gerbang) sering kali berarti benteng; bagi orang timur pada umumnya istilah ini berarti kekuasaan mutlak dari suatu kota atau kerajaan. Sudah lazim di Timur tengah Kuno diadakan pengadilan pada pintu gerbang kota. Belum lama ini, kerajaan Turki disebut "The Sublime Gate"(pintu gerbang yang mulia). Pengertian demikian dapat kita temukan meskipun referensi itu agak negative dalam Injil dimana Yesus mengangkat Santo Petrus sebagai pemimpin dan dasar Gereja, sambil menjamin kepadanya kemenangan atas musuh-musuhnya dengan perkataan-perkataan, "Alam maut tidak akan menguasainya"(Gereja)(Mat 16 : 18). Dalam hal ini kami melihat bagaimana istilah "Pintu Gerbang" dalam bentuk jamak menandakan kekuasaan neraka.

Dalam Litani dari Loreto, Perawan Maria disebut Pintu Gerbang Surgawi ungkapan ini berarti bahwa Maria adalah jalan menuju benteng surgawi; Ia adalah pintu gerbang Firdaus. Tetapi bukan itu sajalah; kita juga dapat bahwa Maria adalah symbol kekuasaan dari Surga sebagai perlawanan terhadap kekuasaaan dari Neraka. Allah telah menempatkan di dalam diri Maria Rahmat Ilahi-Nya dan menjadikan dia pula Perantara Keselamatan, Penyalur semua Rahmat. Oleh karena itu, orang-orang kudus menamakan Perawan Maria "Yang Mahakuasa demi Rahmat Ilahi".

Gambaran dari pintu gerbang juga mengandung beberapa pengertian yang lain. Maria adalah Pintu Gerbang Surgawi dalam arti Mistis. Suatu pintu gerbang dipakai untuk membatasi atau mengizinkan memasuki suatu tempat. Oleh karena itu, melalui Maria kita dapat mesuk surga. "Dengan menjadi dagaing dalam Maria, Kristus dating ke dunia. Jadi melalui Maria jalan menuju surga telah dibuka kembali." Namun Maria masih lebih lagi dari suatu pintu gerbang ke Surga dengan kata lain, ialah Jalan Satu-satunya menuju Firdaus. (Kerajaan Damai) Ini berarti bahwa Allah Bapa telah menetukan supaya kita dapat diselamatkan, kita harus mengakui Maria sebagai Bunda kita, kita harus memiliki Devosi yang Kuat dan Besar kepadanya dan Mencintainya, kita harus berusaha untuk meniru segala kebijakannya.

Pintu Gerbang Firdaus ditutup karena Hawa tetapi berkat Maria pintu tersebut dibuka kembali, perkataan ini berarti menekankan kekuasaan Maria sebagai Perantara Keselamatn umat manusia. Ini karena ia adalah Bunda Allah, yang mengandung Putra Allah, Sang Penebus dan menganugerahi-Nya kepada Dunia. Tetapi ia juga perantara keselamatan karena ia adalah Penebus Serta dari umat manusia. Ia bekerjasama dengan Allah Putra dalam penyelamatan umat manusia dengan mengurbankan kedudukannya yang anmat besar yakni dengan menyatukan dirinya dengan Penderitaan Putranya selama Kesengsaraan dan Kematian-Nya di Salib.
Suatu lagu Liturgi latin memuji :
"Pintu gerbang yang menerangi kegelapan kami,
Engkau yang membuka Taman Eden bagi kami;
Malaui engkau Sang Penebus dating dan
Segala bangsa kembali kepada Bapa".

Dalam, sajak itu Maria dipuji karena malaui Dia sang penebus dating ke dunia dan melalui Dia segala bangsa dapat kembali kepada Bapa. Demikianlah bagaimana pintu-pintu gerbang Taman Eden (Firdaus), yakni pintu-pintu gerbang dari Firdaus duniawi ditutup oleh Allah setelah dosa asal Adam dan Hawa, dan dijaga beberapa Kerub (Kej 3 : 24).
Saat Nabi Yehezkiel melihat pintu gerbang dari Bait Allah, yang ia pandang dalam suatu penglihatan, berkata "Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu gerbang luar dari tempat kudus, yang menghadap ke timur, gerbang ini tertutup. Lalu Tuhan berfirman kepadaku, "Pintu gerbang ini harus tetap tertutup, jangan sibuka dan jangan seorang pun masuk dari situ".(Yeh 44 : 1-2)

Para bapa Gereja mengintrepretasi jalan ini dengan symbol-simbol Maria secara logika, melalui marialah Tuhan Yesus datang di dunia. Karena itu Dia adalah Bait Allah yang Baru, dengan lahirnya Yesus melalui Maria Tuhan menyucikan Dia dengan kehadiran-Nya, menyucikan Dia dengan keperawann-Nya. Oleh sebab itu, Gereja menyatakan Bunda maria sebagai Perawan Abadi. Dengan demikian, Maria menjadi contoh sublime bagi semua umat menusia yang dalam jejak kaki Maria hendak mengabdikan keperawanan jiwa dan raga mereka kepada Kristus serta memberi-Nya kepada dunia.

Sumber Majalah Missio Immaculatae International No 9 Nov.05

--------
Doa kepada Hati Maria yang Tak Bernoda
(memorare St. Bernandus)

Ingatlah, O Perawan Maria yang amat murah hati,
bahwa belum pernah terdengar,
Seorang pun yang mencari perlindungan-Mu,
yang mohon pertolongan-Mu,
atau mengharapkan bantuan-Mu
terlantar ………..
Tergerak oleh keyakinan ini,
aku berlari kepada-Mu.

O Perawan segala perawan, Bundaku,
Kepada-Mulah aku dating,
aku pendosa, seraya mengadu menghadap hadirat-Mu.

Bunda Sang Sabda,
Jangan menolak permohonanku,
Melainkan, karena kemurahan Hati-Mu,
Dengan dan kabulkanlah.
Amin.
--------
Doa Tiga Salam Maria
Novena Tiga Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis.
Ia mendapatkan pengalaman rohani dari Bunda Maria ketika ia cemas akan keselamatan hidupnya dan ia memohon Bunda Maria untuk membantunya saat kematiannya.
Bunda Maria mengabulkan permohonannya dan meminta ia agar berdoa tiga kali Salam Maria.
Santo Antonius dari Padua, Santo Leonardus dari Porto Mauritio dan Santo Alfonsus de Liguori berjasa besar dalam mewartakan doa Tiga Salam Maria ini.
Doakanlah doa ini selama sembilan hari berturut-turut.Dan jika permohonan anda berat, lakukanlah novena ini 3x berturut-turut.
Novena Tiga Salam Maria
Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalam kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.
Baik keluhuran Tuhan dan penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar selaras dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku mohon, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.
Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St.Mechtildis yang kau beritahukan tentang kebaikan doa "Tiga Salam Maria", yang sangat besar manfaatnya itu.
Salam Maria ... (3X)Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.
Perawan Suci yang disebut Tahta Kebijaksanaan, karena Sabda Allah tinggal padamu, engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya.
Engkau tahu betapa besar kesulitan yang kuhadapin ini, betapa besar pengharapanku akan pertolonganmu. Dengan penuh kepercayaan akan tingginya kebijaksanaanmu, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu, supaya engkau dapat mengatur dengan segala kesanggupan dan kebaikan budi, demi keluhuran Tuhan dan keselamatan jiwaku. Sudilah kiranya Bunda dapat menolong dengan segala cara yang paling tepat untuk terkabulnya permohonanku ini.
Bunda Maria, Bunda Kebijaksanaan Ilahi, sudilah kiranya Bunda berkenan mengabulkan permohonanku yang mendesak ini. Aku memohon berdasarkan atas kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu.
Bersama dengan St. Antonius dari Padua dan St. Leonardus dari Porto Mauritio, yang rajin mewartakan tentang devosi "Tiga Salam Maria" aku berdoa untuk menghormati kebijaksanaanmu yang tiada taranya itu
Salam Maria ... (3X)Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.
Bunda yang baik dan lembut hati, Bunda Kerahiman Sejati yang akhir-akhir ini disebut sebagai "Bunda yang penuh belas kasih", aku datang padamu, memohon dengan sangat, sudilah kiranya Bunda memperlihatkan belas kasihmu kepadaku. Makin besar kepapaanku, makin besar pula belas kasihmu kepadaku. Aku tahu, bahwa aku tidak pantas mendapat karunia itu. Sebab seringkali aku menyedihkan hatimu dengan menghina Puteramu yang kudus itu. Betapapun besarnya kesalahanku, namun aku sangat menyesal telah melukai Hati Kudus Yesus dan hatikudusmu.
Engkau memperkenalkan diri sebagai "Bunda para pendosa yang bertobat" kepada St.Brigitta, maka ampunilah kiranya segala kurang rasa terima kasihku padamu. Ingatlah akan keluhuran Puteramu saja serta kerahiman dan kebaikan hatimu yang terpancar dengan mengabulkan permohonanku ini melalui perantaraan Puteramu.
Bunda Perawan yang penuh kebaikan serta lembut dan manis, belum pernah ada orang yang datang padamu dan memohon pertolongamu engkau biarkan begitu saja. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku berharap dengan sangat, agar aku dianugerahi Roh Kudus. Dan demi keluhuranmu, bersama St. Alfonsus Ligouri, rasul kerahimanmu serta pengajar devosi "Tiga Salam Maria", aku berdoa untuk menghormati kerahimanmu dan kebaikanmu.
Salam Maria ... (3X)Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.

Meneladani Sang Immakulata



Meneladani Sang Immakulata

Oleh : Rm. Maximilian M. Dean, FI

Maria adalah murid Kristus yang sempurna dan Bunda yang membawa semua anaknya menjadi mirip Putra Sulungnya. Ia ingin mengenekan pakaian kebajikannya sendiri, kepada kita. Namun hal ini tidak dapat dilakukannya tanpa kerjasama dengan. Maka kita harus mengambil langkah pertama dengan mencoba meneladaninya, dengan menanggalkan habitus lama/kebiasaan kita, sehingga diperbaiki oleh Roh Kudus.

Bila seseorang memulai perjalanan, dia harus memiliki tujuan. Jika tidak, ia akan berjalan kian kemari. Dengan cara yang sama, dalam perjalanan rohani, kita perlu memiliki tujuan rohani yang kita usahakan untuk dicapai dengan bantuan rahmat Ilahi. Tujuannya tentu saja ialah untuk menjadi Kristus-kristus yang lain, menjadi sungguh-sungguh orang Kristen. Yah, makhluk ciptaan yang paling sesuai dengan Kristus dulu, sekarang dan selamanya, adalah Maria Imakulata. Ia adalah teladan Gereja beliau adalah contoh dari setiap orang Kristen. Ini berarti bahwa untuk menjadi seorang Kristen yang otentik, kita harus menjadi Marian.

Maka kita berbicara mengenai daftar perjalanan seumur hidup yang berpusat pada Hati sang Immakulata Coredemtrix. " Marianisasi hidup seseorang." Rm. Manelli dengan singkat menggambarkan perjalanan Marian ini sebagai berikut, " Kita temukan diri kita sendiri di sini dalam arena Mistikisme Maria, dan kita semua dipanggil untuk ini dan di bimbing kepada Konsekrasi Maria yang berjalan mendoakan, membimbing dan mengikuti Putra Allah yang dipercayakan kepada Hidup dan Rahimnya. Yang dipraktekan dalam kedalaman dan Totalitasnya, namun untuk menjalankan hidup sesuai dengan konsekrasi kepada Hati Immakulata secara penuh dan giat, dibutuhkan tekad untuk merealisasikan suatu kehidupan yang menladani menyerupai diri Maria. Sedemikian kuat dan sungguh-sungguh, sehingga kita mengenakan semua Kebajikan-kebajikan dan Keutamaan serta Anugerah yang telah Allah tentukan sejak ia dalam kandungan ibunya St. Anna (Hanna). Ini juga akan membawa kita secara perlahan dan pasti menjadi Bejana seperti diri Maria yang dipersiapkan sebagai sarana Kerajaan Allah, sutau kesatuan yang menjadi semakin Intim dengan Bunda Maria. Di Kayu Salib Yesus pun telah ber Sabda yang disaksikan serta ditujukan kepada murid yang setia Yohanes agar dia juga menerima sebagai ibu sekaligus menjadi anak Maria. Dan melalui Hati Maria Yang Tak bernoda agar kita dapat tiba pada Hati Sang Putra Allah yang juga Buah Rahim dan ia kasihi, demikian yang dinyatakan St. Maximilian M. Kolbe.

Dalam garis besar Marianisasi hidup seseorang Rm. Manelli mengarisbawahi tiga tahap :
Meledani, Menyatukan diri dan Merubah diri sebagai Maria (Putri, Bunda dan Mempelai), setiap jiwa yang memfokuskan perhatiannya dengan tekun pada Hati Bunda Yang Tak Bernoda, secara intim dihubungkan dengan persembahan Diri Putranya yang Ilahi itu, dan didorong dengan kaut untuk meneladani Bunda, masuk dalam suatu kesatuan hidup dengannya dan pada akhirnya di "transubstansiasi" kan secara wajar dan mengalir bersamanya.

Pertama, kita harus meneladani Sang Immakulata dalam semua kebajikannya. Gereja tak pernah merenungkan Maria sebagai "Model yang Utama" dan "Realisasi yang patut dicontoh Gereja", Ia adalah Gereja yang Mulia, Tak Bernoda ataupun berkerut, atau hal seperti itu lainnya. Malainkan. "adalah suci dan tanpa cela"(Ef 5 : 27), maka beliau adalah contoh Pribadi dan Dinamis bagi tiap anggota Gereja yang dipilih Kristus, "sebelum penciptaan dunia…(untuk) menjadi suci dan tak bernoda dalam pandangan Kasih-Nya".(Ef 1 : 4) Ia adalah teladan, terutama di Kaki Salib pada saat ia mempersembahkan Kurban Suci Yesus Kristus pada bapa dan mempersatukan dirinya kepada Kurban-Nya dalam Hati Keibuannya sebagai Coredomtrix. Di bawah aliran Darah Termulia Putranya, dipuncak tertinggi dari perantaraan keibuannya, Maria secara heroic memberi contoh setiap kebajikan Kristiani, khususnya kebajikan teologis; Iman Harapan dan Kasih.

Oleh karena itu, Gereja dan setiap anggota Gereja khususnya, harus meneladani kebajikan-kebajikan Maria yang telah ditunjukkannya dalam seluruh perjalanan perziarahan hidupnya di dunia ini. Namun secara istimewa selama kasih keibuannya di Kalvari, pada saat Maria, dengan dan di bawah Kristus yang tersalaib, meebus dunia sebagai Coredemptrix.
Teladan ini sesuai dengan seluruh proses pertobatan dan pemurnian yang telah kita singgung di artikel-artikel sebelumnya. Rm. Manelli menggambarkannya sebagai "aspek negative" untuk memariankan hidup seseorang, karena "itu termasuk menolak semuanya yang tidak pantas bagi Hati Tak Benoda, yang membuatnya merasa pahit dan terluka, yaitu dosa dalam segala jenis. Itu berarti mempraktekkan penyangkalan diri, penitensi, mempersembahkan silih, baik yang batiniah amupun yang lahiriah…. Melalui proses pemurnian yang luar biasa aktif atau pasif dari indera dan kemampuan jiwa."

Untuk mencapainya pada tingkatan yang praktis, jiwa kita perlu menentukan keburukannya yang paling utama dan kemudian berusaha mempraktekan kebajikan Maria, yang bertentangan dengan kekurangan tadi. Sekali kita mengetahui kebajikan kunci yang kita butuhkan, kita sebaiknya memeriksa diri kita sendiri setiap hari, untuk mengamati bagaimana kita mempraktekannya, merenungkan bagaimana Bunda Maria akan menjalankan ditempat kita. Dengan cara ini, ia menjadi cermin untuk memmeriksa suara hati kita. Saat kita setiap hari membendingkan diri kita dengannya, kita akan mulai menyadari, betapa banyak kita harus bertumbuh dalam kunci kebajikan dalam keutamaannya sebagai Bejana yang dipersiapkan untuk Kerjaaan Allah.

Sungguh merupakan hiburan besar bahwa Sang Immakulata bukanlah teladan statis dari 2000 Tahun yang lalu. Meneladani ia adalah Ibu kita sapanjang waktu, Ibu Rohani Sejati yang penuh semangat, memberi pupuk pada hati kita, yang menjadi perantara semua Rahmat yang kita perlukan untuk mencontohnya supaya menjadi serupa dengan Putranya, Tuhan kita Yesus Kristus. Maka Maria adalah teladan dan perantara kita, dan semua ini disampaikan dengan kasih, bilangan kita memandangnya sebagai Ibu Sejati kita semua yang berpengharapan akan Belas Kasih Setia Allah seperti "Kidung Manificat"nya

Sumber : Missio Immmaculata Internasional Mei 2006.

Doa tiga Salam Maria sebelum menyambut Komuni Kudus.
(doa pribadi di awali tahun 2000 sampai saat ini)
“mohon diperhatikan tidak dalam keadaan dosa berat”

Ya, Maria, Bunda Gereja.
Kesetiaan Iman-mu tak tertandingkan,
Mengikuti jejak Sang Juruslamat Yesus Kristus, Putra Allah.

Kami memohon kepada-mu dengan rendah hati,
Kami yang lemah dan berdosa ini,
Merasa tak layak dan tak pantas,
Menyambut hari ini.

Tetapi melalui Anugerah yang telah engkau terima dari Allah Bapa.
Sudi kiranya mendoakan dan menuntun kami,
Kehadirat Putra-mu - Manna dari Surga
Bagi kesembuhan kehidupan rohani kami.
Amin.

Salam Putri Allah Bapa – 1 Slm. Maria.
Salam Bunda Allah Putra – 1 Slm Maria.
Salam Mempelai Allah Roh Kudus – 1 Slm Maria.
Kemulyaan…… Amin.

Rabu, 09 Juli 2008

Kehadiran Keibuan Maria dalam kehidupan Padre
Pio
Oleh Rm. Gerardo di Flumeri

Pendahuluan.
Suatau penyelidikan yang teliti akan kehidupan dan tulisan Padre Pio, meyakinkan seseorang bahwa dia menerima Bunda Maria, terutama dari 3 sudut yang berbeda, yaitu sebagai murid Yesus yang paling sempiurna, sebagai pengantara segala rahmat dan teristimewa sebagai ibu, ibu Yesus dan ibu kita. Mka saya hanya menulis tentang yang ketiga, juga yang terpenting dan samapai tingkat tertentu, melingkupi kedua yang lainnya. Oleh sebab itu, saya akn menulis Bunda Maria sebagai ibu dan membagi argumennya dalam 2 bagian. Pada bagian pertama, saya akan memperhatikan kasih Bunda Maria kepada putranya, Padre Pio. Dan pada bagian kedua, saya akan mendalami kasih Putra kepada ibunya, yaitu kasih Padre Pio kepada Bunda Maria.
Kasih Keibuan Maria bagi Padre Pio.

Padre Pio sungguh menyakini Maria sebagai seoarang ibu, ibu Yesus dan ibu Rohani kita. Pada Juli 1916, dia menulis kepada Giuseppina Morgera, “Kamu harus ingat bahwa yang kamu miliki si Surga bukan hanya seorang Bapa, namun juga seorang ibu. Ya, putriku yang terkasih, kita tidak boleh melupakan karunia yang diberikan orangtua Surgawi ini bagi kita. Mereka memberikan kepada kita, seotrang Putra dan bersama dengan ini, anugerah berharga yang mereka letakkan pada kepribadian kita secara pasti, dalam keteraturan rahmat, kasih dan kebaikan mereka. Kita akan mendapatkan mereka selalu siap untuk mendengarkan kita, selalu siap membela kita, selalu penuh kasih dalam menerina kita, selalu murah hati dalam membantu kita. Maka, kita harus menyerahkan jiwa kita kepada kasih mjereka. Dan pada kesalahan yang telah kita perbuat kepada mereka, janganlah mengurangi kepercayaan kita akan bantuan dan kerhiman mereka. Dan bilamana kemalangan menyedihkan diri kita, bila rasa tidak tahu terimakasih menteror kita, bila ingatan akan kesalahan menghalangi kita untuk hadir di hadirat Allah, Bapa kita, matilah kita kemudian mencari bantuan pada Maria, ibu kita. Maria, seluruhnya adalah kemanisan, kebaikan, kasih kapada kita, karena dia adalah ibu kita. Dan bersama dengnnya, kita harus naik ke Tahta Allah, dan menggunakan pengaruhnya sebagai ibu. Kita harus teguh dan yakin pada puncak pertempuran, bahwa Allah pasti menyelamatkan kita, putranya yang tak tahu terimakasih dari Maria, hamba-Nya yang pada saat khidmat dalam penerimaannya sebagai Bunda dari Allah yang menjelma menjadi manusia, mangatakan “Ecce Ancilla Domini”(Aku ini Hamba Tuhan).

Bunda yang terkasih ini mengetahui bagimana mendukung permintaan-permintaan kita, membuat doa-doa kita layak dan membuat kita mendapatkan pengalaman bahwa dia adalah Ibu Surgawi yang tidak pernah berkuarng kasihnya. Yang murah hati sama seperti ketika ia berada di samping Yesus di Kalvari, pada saat paling khidmat, ketika Yesus memberikan kaita semua sebuah kehidupan yang baru dengan kasih-Nya.
Pada awal panggilan religiusnya.

Maria adalah ibu. Dan ini adalah gelar yang paling sering dipakai Padre Pio untuk Maria, dalam tulisan-tulisannya. Dalam surat tanggal 1 Mei 1912, ia memanggilnya dengan gelar ini, lebih dari enam kali: “Ibu terkasih”, “Ibu kami”, Ibu Surga yang berbelaskasih”, “Ibu Surgawi yang terberkati”, “Ibu yang malang”.(surat 1).
Ajaran dan ungkapan-ungkapa ini, Padre Pio pelajari di kaki salib, mengikuti teladan St. Yohanes yang dalam Injilnya (Yoh 19:25-27) ayat 3, menggunakan kata ibu sejumlah lima kali, yang menunjukan pada Maria: “Namun berdiri di bawah kaki salib Yesus adalah ibu-Nya dan saudari-Nya, Maria istri Kleopas, dan Maria Magdalena. Saat Yesus melihat ibu-Nya, “Wanita, lihatlah putra-mu” kemudian kepada murid-Nya Ia berkata, “Lihatlah Ibumu!” Dan sejak saat itu si murid membawanya ke rumahnya sendiri.

Seorang ibu mengikuti putranya sepanjang hidupnya dari kelahiran sampai kematiannya. Dan ini Maria lakukan bagi Padre Pio, puteranya yang terpilih. Marilah kita menelusuri sejenak garis utama dari jadwal perjalanan yang mengagumkan ini.
Padre Pio lahir pada tanggal 25 Mei, bulan yang dibakt9ikan bagiMaria. Seluruh hidupnya selalu berlindung di bawah naungan Maria, di Pietrecina, di bawah naugan Bunda maria Liberatrix, kemudian di San Giovanni Rotondo, di bawah naugan Bunda maria dari Rahmat.
Pada tanggal 20 Mei 1912, saat menulis surat kepada Padre Agostino, Padre Pio meyakinkan, “Yesus dan Maria terus bertindak seperti orangtua bagiku.” (surat-surat 1) Jika pada Mei 1912 itu Yesus dan Bunda Maria terus bertindak sebagai orangtuanya, maka kita dapat menanyakan, kapan mereka mulai memperlakukan secara istimewa, biarawan muda dari Pietrecina ini? Jawabanya sederhana, yaitu sejak tahun-tahun pertama hidupnya. Maria adalah titik awal dari panggilan membiara Padre Pio. Padre Agostino dari San Marco di Lamis adalah bapa pengakuan dan pembimbing ronahinya, menjelaskan kepada kita bahwa dalam buku hariannya, “Ekstasi dan penampakan dimulai pada usia lima tahun, saat dia ingin mempersembahakan dirinya kepada Tuhan.” Dan terus berkesinambungan. Ketika ditanya, mengapa dia diam mengenai hal itu selama sekian lama, maka dia menjawab dengan biasa bahwa dia tidak menyatakannya karena bahwa itu semua adalah hal-hal yang wajar terjadi pada semua orang. Faktanya, memang pada suatu hari dia bertanya kepadaku, “Jadi engkau tidak melihat Bunda Maria?” Lalu ketika aku menjawab tidak, dia bereaksi, “Kamu mengatakan begitu, karena kerendahan hati!”.

Maka, sudah sejak umur lima tahun Bunda maria menampakan diri pada Padre Pio dan mengilhami hatinya untuk mempersembahakan diri seutuhnya kepada Tuhan, untuk selama-lamanya. Pemuda saleh itu menyambut undangan tersebut dan mulai matang keinginannya untuk melayani Tuhan “Biara di bawah panji si miskin dari asisi”(surat-surat III) Setiap hari dia pergi ke gereja dan berdoa kepada Bunda Maria Liberatrix, supaya beliau membebaskannya dari ikatan yang mengikatnya dari ikatan yang mengikatnya pada dunia. Kita tidak boleh berpikir bahwa panggilan membiara Francesco tidak menemui kesulitan dan hambatan. Dia memberitahukan sendiri kepada kita dalam kata-kata yang ia tulis demi “Kepatuhan Suci”, Sejak tahun-tahun awalnya, jiwa ini mulai minum sejumlah besar kesiasiaan duniawi. Pada satu sisi panggilannya selalu berkembang menyemangati jiwa ini, dan di sisi lainnya, kenikmatan dunia mulai bertubrukan dengan jalannya waktu, mungkin iya atau mungkin tidak, indera telah mengalahkan roh, dan mencekik panggilan Ilahi” (surat-surat I).

Lebih dramatis lagi ialah gambaran Padre Pio akan pergulatan batinnya yang ia tulis pada bulan November 1922, yang merujuk pada masa kanak-kanaknya. Padre Pio menulis, “Saya merasakan dua kekuatan di dalam diriku, yang bergulat satu sama lain dan mengiris-iris hatiku. Dunia menginginkan diriku baginya sendiri dan Allah memanggilku pada hidup yang baru. Allahku! Siapa yang dapat menggambarkan kemartiran batinlah yang sedang terjadi dalam diriku ini? Hanya ingatan pergulatan batin itulah yang membuat darahku membeku bagai es dalam nadi-nadiku dan dua puluh tahun telah berlalu, sejak saat itu. Saya mendengar suara panggilan untuk mematuhimu, mengeser tulang-tulangku, menghina aku dan memuntir ususku!”(surat-surat III). Dalam pergulatan batin yang hebat ini, dia menemukan bantuan hanya dari orangtua rohaninya, yaitu Yesus dan Bunda Maria. Dia mengakui dalam suratnya di bulan November 1922, “Saat merasakan hal-hal buruk itu, saya segera menyerukan nama tersuci Yesus dan Maria. “Setelah ketenangan kembali pada jiwanya, di bulan Mei 1902, remaja saleh bernama Francesco itu menyampaikan permohonannya kepada para biarawan Fransiskan di Napoli untuk masuk dalam tarekat mereka. Namun, permintaan ini tidak diterima. Maka dia berpaling pada Romo Provincial Kapusin dari Provinsi Religius Angelo (Foggia), meminta untuk diterima sebagai novis di Biara Marcone, Romo Provincial menetapkan tanggal masuk novisiat, 6 Januari 1903.

Remaja yang saleh ini sangat gembira, namun ketika tanggal itu semakin dekat, suatu pertempuran baru mulai melanda jiwanya. Padre Pio menulis, “Jangan dikira, bahwa jiwa ini tidak menderita apa-apa dari dalam, karena kepergiannya dari orang-orang yang dikasihinya, pada siapa ia terikat kuat! Dia merasakan tulang-tulangnya sedang digiling dalam keterasingan yang haurs dia putuskan dan kesakitan ini dia rasakan demikian kuatnya, sehingga membuatnya hamper pingsan. Saat hari kepergiaannya mendekat, penderitaan ini selalu bertambah lagi.”(surat-suratI) Siapa lagi yang dating membentunya. Sekali lagi, yaitu orangtua rohaninya, Yesus dan Maria. Padre Pio menulis, “Malam terakhir bersama dengan keluarganya, Tuhan dating menghiburnya dalam sebuah vision, dia melihat Yesus dan Ibu-Nya dalam seluruh kemulyaaan-Nya memberinya semangat dan meyakinkannya akan kesukaan mereka.”

Sumber : The voice of Padre Pio

Senin, 07 Juli 2008

Surga terbuka oleh Doa Tiga Salam
Maria.

Bunda Tiga Salam Maria, Bunga Bakung Tritunggal Mahakudus, doakanlah kami.

Salah satu cara terkuat penyelamatan dan tanda-tand paling ampuh yang ditakdirkan, tidak dapat disangkal lagi, adalah devosi kepada Perawan Maria. Semua Doktor suci Gereja, secara bulat, sepakat dengan ucapan St. Alfonsus de Ligouri;
“Seorang abdi Maria yang setia, tidak akan pernah binasa.”
Hal yang paling penting adalah bertahan setia dalam devosi ini, sampai ajalmenjeput kita. Apakah ada cara yang lebih mudah atau praktek yang lebih cocok daripada setiap hari berdoa Tiga Salam Maria ini, demi menghormati keistimewaan, yang dianugerahkan oleh Tritunggal Mahakudus yang terpuji ini, kepada Perawan Maria?

Yang pertama mengucapakan Tiga Salam Maria ini dan merekomendasikannya kepada orang-orang, adalah St. Antonius dari Padua, orang Kudus yang termahsyur.
Tujuan yang utama dari praktek ini.
Adalah demi penghormatan atas Keperawanan Maria, yang tanpa noda dosa dan untuk mempertahankan kemurnian yang sempurna dari akal budi, hati dan tubuh, ditengah-tengah bahaya dunia. Banyak orang seperti dia, telah merasakan buah-buahnya yang bermanfaat.

St. Leonardus dari Porto Maurito, misionaris yang tekenal itu mengucapkan Tiga Salam Maria ini, setiap pagi dan malam hari, untuk menghormati Maria Yang Tak Bernoda, untuk memperoleh rahmat agar terhindar dari segala Dosa berat, sepanjang hari dan malam.
Terlebih ian menjanjikan penyelamatan abadi yang khusus, kepada semua orang yang membuktikan diri penuh kesetiaan, terus menerus menjalankan devosi ini.

Dari teladan hidup doa dan iman orang-orang kudus ini dari Fransiskan, St. Alfonsus Ligouri juga menjalankan praktek kesalehan yang sama dan memberikan dukungan yang sama dan memberikan dukungan penug.
Ia mendorong mengucapkannya dan bahkan memakainya sebagai beban silih bagi mereka yang belum mempraktekan kebiasaannya yang baik ini.
Doktor suci ini menyerukan, secara khusus, para orangtua dan imam yang memberi Pengakuan Dosa agar mengamati secara serius, apakah anak-anak mereka, mengucapakan dengan setia, setiap pagi dan malam hari.

Juga seprti St. Leonardus dari Porto Maurito, ia sesungguh-sungguh merekomendasikannya kepada setiap orang, “Kepada mereka yang berdevosi maupun para pendosa, otrangtua maupun kaum muda.”
Bahkan jiwa-jiwa ayng dipersembahkan kepada Allah, akan memperoleh buah-buah yang berharga dan bermanfaat dari praktek kesalehan ini.
Contoh-contoh yang banyak sekali, memperhatikan betapa doa Tiga Salam Maria ini, amat berkenan kepada Bunda Allah, dan rahmat-rahmat khusus yang mereka timba sepanjang hidupnya dan pada saat ajal menjemput, pada mereka yang tidak pernah lalai mendoakannya. Praktek ini,

telah diwahyukan kepada St. Mechtildis (abad13) dengan janji suatu kematian yang baik, bila ia setia mendoakannya setiap hari.
Juga ditulis dalam wahyu-wahyu yang diterima St. Gertruda:
“Sementara orang kudus menyanyikan Salam Maria pada malam Pesta Maria menerima Kabar Gembira, ia melihat tiga nyala cahaya yang luar biasa memancar dari Hati Bapa dan Putra dan Roh Kudus, tidak ada yang lebih dari kuasa, kebijaksanaan dari kelembutan Maria yang penuh kerahiman.”
Untuk dipraktekaan, apga dan malam hari, Tiga Salam Maria ini demi penghormatan atas ketiga keistimewaan anugerah, dengan seruan pada akhir doa pagi kita: “Ya, Bunda, jauhkanlah aku dari dosa berat sepanjang hari ini”, dan malam hari: “Ya, Bundaku, jauhkanlah aku dari dosa berat, sapanjang malam ini”.
Kedua Paus, Leo XII dan Pius X amat menganjurkannya.

Sumber dari Ave Maria No AM-42


Yesus sungguh hadir dalam Sakramen
Mahakudus

Sumber Ave Maria No AM-42

Pastor Aloysius Ellacunia, C.M.F beliau pendiri Misionari Adorasi Abadi (Missionary of Perpetual Adoration) menerim kunjungan seorang ibu muda pada permulaan tahun 1970, yang dengan berurai air mata dan menahan sakit, akibat penyakit kanker yang dideritanya dan hanya dengan sedikit harapan untuk hiudp.

Lalu pastor membawanya ke kapel dan bertanya kepadanya,

“Apakah engkau pernah meminta Tuhan kita untuk menyembuhkanmu?” “Tidak,” jawabnya, “Kalau begitu,” kata pastor, “Mari kita berlutut sekarang di depan Sakramen Mahakudus, dan meminta kepada-Nya untuk menyembuhkanmu.

Kamu tahu bahwa Tuhan sungguh hadir di dalam Sakramen Mahakudus.

Kamu sungguh percaya itu?” “Ya”, ibu muda tadi menjawab dengan yakin.

Pastor melanjutkan, “Tuhan kita tetap sama dengan Dia yang berjalan di dunia ini 2000 tahun yang lalu; dan yang memberkati dan menyembuhkan yang sakit.

Apakah kamu percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang sama dengan yang sekarang hidup dalam Sakramen Mahakudus ini?”

“Ya” Dialah itu.” Ibu muda itu menjawab sambil menahan sakit. “Nah, Dia akan menyembuhkanmu.”

Bersama-sama mereka mendoakan rangkaian Doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Setelah masing-masing doa diucapkan tiga kali, ibu muda tadi berseru dengn kaget dan girang, katanya, “Pastor, saya rasa doanya tidak perlu diteruskan, saya telah disembuhkan.”
Keesokan harinya, dari hasil sinar-X (X-rays) ibu tersebut, dokter yang menyatakan, “Semua sel-sel yang terserang kanker, sekarang sempurna seperti sel-sel seorang bayi yang baru lahir.”
Ini adalah satu dari sekian banyak kesembuhan yang disaksikan sendiri oleh Pastor Aloysius dalam permohonan pertolongan dari Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

Jumat, 04 Juli 2008

Uskup Agung Fulton J.Sheen



Penagaruh uskup Sheen dalam pembentukan seorang Imam
Sumber : AM No 42

Berikut adalah renungan atas pengaruh Uskup Agung Fulton J.Sheen, pada Fr Peter Stojanovic, yang ditabiskan oleh nya di Katedral St. Mikhael, Waga-wagga, NSW Australia. Sebelumnya ia bekerja sebagi guru SMA di Melbourne, Victoria dan menjadi anggota Serikat Fulton J.Sheen, sejak Desember 2001.

Dalam banyak hal, Uskup Agung Sheen memang merupakan imam dan menusia yang ideal. Kebijakan-kebijakan Adikodrati menyinari kebajikan menusiawinya. Sebagai seorang imam yang baru ditahbiskan aku ingin mencontohnya dalam dua hal yakni imamatnya yang khusus, yang amat menonjol untuk diteladani “Imam sebagai Nabi dan Imam sebagi Kurban”.

Imam sebagai Nabi
Pelayanan dalam mengajar dianggap sebagai peran yang utama dari seorang imam. Nabi adalah seseorang yang mewartakan Sabda Allah, Sabda Kebenaran, kepada manusia. Setiap homili harus berbicara tetang Kebenaran, mewartakan Kristus dalam kata-kata yang menyuburkan Iman. Meja Sabda dan Meja Perjamuan Ekaristi – berjalan bersama-sama. Benar-benar formal sebuah perayaan yang sebenarnya! Kebenaran selalu merupakan makanan yang baik bagi angan-angan! Setiap Khotbah harus membangkitkan semangat seperti khotbah-khotbah Sheen.

Mottoku adalah “mengenal kebenaran, mencintai kebenaran dan hidup dalam kebenaran”, Sheen memang seorang guru yang hebat, karena ia adalah siswa yang hebat. Ia adalah pengkhotbah yang karena ia adalah seorang murid yang besar. Khotbahnya mengandung kekuatan, karena ia menjalankan secara sungguh-sungguh apa yang ia khotbahkan, ia menjadikan kebenaran itu bagian dari dirinya sendiri. Kebenaran meluncur dengan kekuat ke bibirnya, karena Kebenaran itu menggema dalam setiap syarafnya, ia berkhotbah dengan hati dan pikiran
Kata-kata seorang imam yang paling berarti dalam, dimulai dengan : “Inilah Tunah-Ku….” Aku gemetar pada saat pertama kali mengucapkannya dalam Misa Syukur perdanaku. Mereka adalah dinamait Rohani, aku gemetar, karena merasa seolah-olah aku akan menekan tombol untuk memulai suatu gerakan, bukan hanya pukulan yang keras, tetapi suatu ledakan Ekaristi, Sheen tahu rahasia kekuatan Ekaristi dan mepromosikannya sebagai Tema Harta karunnya. Dalam menganjurkan Adorasi Ekaristi, terutama pada jam-jam Suci, ia menunjukan cara hidup yang Sejati; “Jangan membuang waktumu, tetpi buanglah dirimu. Kurbankan kemauanmu demi kemauan Allah. Ekaristi adalah saat Bencana dan Pintu menuju Keabadian serta Kesatuan Illahi.
Imam sebagai Kurban
Fulton Sheen memang seorang uskup dan mungkin pnatas menjadi Kardinal, tetapi, pertama-tama ia adalah seorang imam/kurban yang berdiri di tempat Kristus. Imam yang meneladani Kristus dalam mengurbankan dirinya sendiri, imam melakukannya setiap hari sebagai penyambung. Ia menyatukan persembahan pribadinya dengan Ekaristi, Sheen mendorong umat supaya menempatkan diri mereka secara Batiniah, di atas Patena juga.
Pengurbanan adalah Pematang menuju kesucian, imam menjadi suci pada tingkatan bahwa ia merendahkan dirinya. Ia menjadi lebih kecil di hadapan ke-Mahakuasaan Allah. Imam harus memandangi Hosti sebagai suatu Cermin. Ia harus mewajahi Kristus kesucian: Kecil, Murni dan Rata.
Imam mengangkat Yang Maha Kuasa, antidote bagi dosa dan makan untuk keabadian itu menjadi serupa, didalam tangan-tangannya, pada setiap Misa Kudus, ini seharusnya untuk Merendahkan Diri. Ia membungkuk, untuk membuat dirinya kecil. Ia melayani, berdiri di Meja Perjamuan Tuhan. Pelayanan dan Pengurbanan berjalan Bersamaan, serupa seperti Hosti, Kristus memanifestasikan kelembutan dan Kasih saying-Nya.
Warna Putih menhadirkan kemurnian.
Imam harus menjadi suatu contoh dalam mengejar dan mempraktekan kebajikan-kebajikan yang utama ini. Seorang imam yang bagaikan Anak Domba, mungkin kelihatan lemah, namun kelembutannya itulah kekuatannya : Hangat dan Menyambut. Kedamaian meliputi setiap Kata dan Perbuatannya, yang dating dari suatu Hati yang lembut dan Baik, tanpa ada keadaan “Dingin”.
Pribadi seorang imam seharusnya tidak punya duri-duri atau sengatan-sengatan, malainkan halus bagaikan Sutera dan Tranparans. Sheen benar-benar memiliki wajah seorang imam ideal seperti si atas, dangan kilau Surgawinya. Memang apa yang istimewa dalam diri Sheen adalah Kesuciannya.
Marilah berdoa, supaya Allah juga membentukku menjadi seorang imam yang suci dan manusiawi dengan kemiripan Sheen yang memancarkan Kristus.

Doa Koronka


Doa Kerahiman Ilahi(Kaplet Koronka)


Pada tahun 1935, Tuhan Yesus mengajar St. Faustina suatu doa khusus memohon kerahiman Allah.
"Doronglah orang-orang agar mengucapkan doa ini ....
barangsiapa yang mengucapkannya, akan menerima kerahiman yang besar ....
Melalui doa ini, kamu akan mendapat segala hal, bilamana yang kau minta itu sesuai dengan kehendak-Ku."
Yesus juga mengajar St.Faustina, untuk mengucapkan doa kecil pada tiap jam 3, saat kematian-Nya:Darah dan air yang memancar keluar dari Hati Yesus Yang Maha Kudus, sebagai sumber kerahiman bagi kami, aku mempercayai-Mu.Suster Faustina mengucapkannya tiap pagi dan seringkali mengulanginya sepanjang hari, untuk memperbaharui persembahan dirinya kepada Kerahiman Ilahi.

Berikut doanya yang didaraskan dengan bantuan Rosario biasa:

Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-MuJadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di dalam surga.Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami,seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan,tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.

Salam Maria penuh rahmat.
Tuhan sertamu.
Terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Santa Maria Bunda Allah.
Doakanlah kami yang berdosa ini,sekarang dan pada waktu kami mati. Amin.

Aku percaya akan Allah,
Bapa yang Maha Kuasa,
Pencipta langit dan bumi,
dan akan Yesus Kristus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan kita,

yang dikandung oleh Roh Kudus,
dilahirkan oleh Perawan Maria,
yang menderita sengsara,
dalam pemerintahan Pontius Pilatusdisalibkan wafat dan dimakamkan,
yang turun ke tempat penantian,
pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati,yang naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa,
dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati,
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja Katolik yang Kudus,
Persekutuan para kudus,
pengampunan dosa,
kebangkitan badan,
kehidupan kekal. Amin.

(Dimulai dengan dekade pertama, pada setiap manik Bapa Kami, ucapkan kata-kata berikut)Bapa Yang Kekal, kupersembahkan pada-Mu: Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke-Allah-an Putera-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus,demi penebusan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia

(Pada setiap manik Salam Maria, ucapkan kata-kata berikut)
Karena sengsara-Nya yang menyedihkan, kasihanilah kami dan seluruh dunia.

(Setelah selesai 5 dekade, diakhiri dengan kata-kata berikut sebanyak 3x berturut-turut)
Allah Yang Kudus,
Allah Yang Maha Kuasa,
Allah Yang Kekal,
kasihanilah kami dan seluruh dunia.
Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.

St. Maria Faustina


Mengapa pengampunan Tuhan begitu penting?
Oleh : Fr. Seraphim Michalenko, MIC

Bapa Seraphim Michalenko, MIC ,bertindak sebagai perwakilan postulant untuk Amerika Utara di dalam kasus kanonisasi St. Maria Faustina. Tuhan tealh menjelaskan dalam Injilnya bahwa ketika Dia kembali Dia tak ingin berhubungan lagi dengan dosa, sebab Dia telah melakukannnya sekali dan untuk selamanya. Saat Dia dating kembali, “Hanya akan membawa keselamatan bagi siapa saja yang telah menunggunya dengan setia.”(Heb 9 : 28)
Maka ketika orang bertanya padaku mengapa pesan pengampunan dari Tuhan sangat penting untuk dunia saat ini. Jawabannya sederhana, Melalui pesan Kemurahan Hati Tuhan, Tuhan kita Yesus Kristus sedang mempersiapkan kita untuk kedatangan-Nya yang terkhir.
Ia bercerita tetang Nabi besar Pengampunan Tuhan, St. Faustina, dalam satu dari serangkaian pengungkapan rahasia tahun 1930 an, “Umat manusia tak akan memiliki kedamaian sampai ia bertobat penuh kepercayaan pada pengampunan-Ku.”(Buku harian St. Faustina, 300)
Helena Kowaiska dikenal saat ini di seluruh dunia sebagai St. Maria Faustina (1905-38), ditunjukan sendiri oleh Tuhan kita Yesus Kristus sebagai “Sekretaris” dan “Rasul” pengampunan-Nya. Tuhan mengatakan kepadanya, “Kamu akan menyiapkan dunia untuk kedangan-Ku kembali.” (Buku Harian, 429)
Misa yang diberikan Tuhan kepadanya tidak hanya untuk mengingatkan dunia akan besarnya pengampunan Tuhan seperti yang diungkapkan dalam Injil Kudus, tetapi juga untuk mengajarkan kita format devosi baru pada pengampunan Tuhan dan untuk memulai suatu pergerakan kerasulan dari pengampunan Tuhan yang menunjukan suatu sikap percaya seorang anak-anak kepada Tuhan dan mencintai sesame.

Pengungkapan Rahasia secara Pribadi.
Meski demikian sebagaian orang tetap tak menaruh perhaitan apapun pada pesan pengampunan dari Tuhan sebab hal itu dating melalui sebuah “Pengungkapan rahasia secara pribadi”. Tetapi penting untuk mengingat apa yang dikatakan St. Faustina, Ia berkata sebuah Gereja dibangun pada pondasi para nabi dan rasul (lihat Ef 2 :19-22), lalu St. Agustin dan St. Thomas mengedentifikasi para nabi Gereja sebagai orang-orang yang menerima pengungkapan rahasia secara pribadi.
Tetpai kenapa Tuhan memohon pertolongan pengungkapan rahasia secara pribadi? Pastor Karl Rahner, SJ seorang ahli Teologi Jerman yang hebat menulis tentang pengungkapan rahasia secara pribadi berkata bahwa aemua Misteri yang menyangkut Gereja, digunakan bersama-sama, tak bias digabungkan semua menjadi satu dan pada suatu tingkatan yang sama. Jadi dari waktu ke waktu, dia berkata, Roh Kudus meletakkan sebuah lampu sorot di sebuah Misteri tertentu yang Gereja dan Dunia harus memberi perhatian khusus pada waktu yang telah ditentukan.

Pesan yang dikhususkan pada Zaman kita.
Pengungkapan rahasia paengampunan dari Tuhan terutama sekali di khususkan pada zaman kita. Adalah suatu hal yang sungguh jelas bahwa Sri Paus Yohanes Paulus II mengambil pengungkapan rahasia ini dangan serius. Pada tahun 1982 ia menulis sebuah ensiklik yang menyeluruh yang didedikasikan untuk pengampunan Tuhan dengan judul “Dives in Misericordia” (Kaya dalam Pengampunan), menggambarkan bahwa jantungnya misi Yesus Kristus adalah untuk mengungkapkan cinta pengampunan dari Sang Bapa. Pada tahun 1993 ia memberikan beatifikasi pada Sr. Faustina. Pada tahun 1997 ia mengunjungi Pusara Syt. Faustina yang diberkati di Lagiewniki SPolandia, dan menyampaikan, “Tak ada suatu apapun yang diperlukan manusia lebih daripada Pengampunan dari Tuhan…. Dari sini keluar sebuah pesan dari pengampunan bahwa Kristus sendirilah yang memiliki untuk menyampaikan kepada generasi kita melalui Sr. Faustina. “Pada tahun 2000 ia mengangkat Sr. Faustina menjadi Orang Suci, orang suci pertama yang diangkat sebagai Santa dalam Milenium Baru, dan pada hari yang sama juga menetapkan “Minggu Pengampunan dari Tuhan” sebagi sebutan khusus pada Minggu ke empat Paskah untuk seluruh Gereja. Dalam homilinya pada Minggu Pengampunan tahun 2001, Sri Paus Yohanes Paulus II menyampaikan pesan Pengampunan yang diberikan pada St. Faustina
“Penghargaan dan jawaban tajam yang Tuhan tawarkan pada pertanyaan-pertanyaan dari pengharapan-pengharapan menusia pada zaman kita, ditandai oleh tragedy-tragedi yang mengerikan. Pengampuan dari Tuhan! Ini adalah Karunia Paskah yang diterima oleh Gereja dari kebangkitan Kristus dan yang ditawarkan pada umat manusia pada akhir melenium ketiga.”
Di Lagiewniki, Polandia tahun 2002, pada Konsekrasi Shrine baru Pengampunan dari Tuhan, Sri Paus menunjukan suatau pesan dalam buka harian yang dictat oleh Sang Santa : “Ketika aku sedang berdoa untuk Polandia, aku mendengar kata-kata ini – Aku membawa suatu cinta khusus untuk Polandia, dan jika dia taat pada kehendak-Ku, Aku akan memberinya kekuatan dan kekudusan. Darsinya akan tampil percikan yang akan menyiapkan dunia untuk kedatangan-Ku yang terakhir. “(buku harian 1732).
“Saat ini, oleh karena itu, di dalam shrine ini, Aku ingin dengan khidmat untuk mempercayakan dunia kepada pengampunan Tuhan. Aku melakukannya dengan terbakar oleh keinginan bahwa pesan dari cinta penampunan Tuhan, disampaikan disini melaui St. Faustina, memungkinkan untuk diberikan untuk semua orang-orang di dunia dan mengisi hati mereka dengan Harapan. Semoga pesan ini disebarkan dari tempat ini pada tanah tumpah darah kami yang terkasih dan keseluruh dunia.”
Lalu, dengan sindiran langsung terdahap pernyataan Tuhan kita pada St. Faustina, dan mengutip bagian terakhirnya, Bapa Suci mengumumkan, “Semoga bungkus perjanjian (penekanan penulis) dari Tuhan Yesus akan dipenuhi : dari sini ke sana harus melangkah maju percikan yang akan menyiapkan dunia untuk kedatangan-Nya yang terakhir” (buku harian 1732), Percikan ini perlu untuk diterangi dengan kemuliaan Allah, Api Pengampunan ini perlu untuk disebarkan di dalam dunia. Dalam Pengampunan Tuhan, dunia akan menemukan kedamaian dan manusia akan menemukan kebahagiaan! Sri Paus menamakan ini “Bungkus Perjanjian”. Ini adalah suatu ungkapan yang mengejutkan. Sebagian orang hanya mengomentari pertanyaan tersebut. Tetapi Sri Paus memberi perhatian serius terhadap pernyataan Tuhan tersebut, dan ia menyebutnya “Bungkus Perjanjian”.

Pengungkapan Rahasia yang bersifat Ramalan.
Mangapa Sri Paus Yohanes Paulus II betul-betul merekomendasikan bahwa kita harus memberikan kepada dunia melalui St. Faustina? Dengan jelas, ia melakukan ini sebab ia melihat hal ini sebagai lebih dari sekedar koleksi dari “Pengungkapan Rahasia Pribadi”; melainkan ia lihat hal tersebut sebagai pengungkapan rahasia yang bersifat ramalan. Dengan kata lain,pengungkapan rahasi diberikan kepada kita oleh Allah untuk menyampaikan hati Gospel dengan sebuah memenuhi kebutuhan pada jaman kita. Sekarang, 102 tahun sudah berlalu sejak kelahiran Santa kita yang tercinta pada 25 Agustus 1905. Tujuh puluh tahun sudah berlalu sejak kepengasingannya untuk mengambil tempat yang telah ditentukan untuknya dekat dengan Tuhan, Bagaimana pun, kita yang berharap untuk siap bersedia dan “dengan taat menunggu-Nya”. Mestinya tidak melupakan janji yang telah diberikan kepada kita, “Dunia yang malang, aku tidak akan melupakanmu,” dia menulis “Walaupun aku merasa bahwa aku akan dengan seketika bersatu di dalam Tuhan seperti di dalam lautan kebahgiaan, itu tak akan menjadi sebuah rintangan untuk kedatanganku kembali ke dunia untuk mendorong jiwa-jiwa dan menyakinkan mereka untuk percaya pada Pengampunan Tuhan. Memang benar, penyatuan sebuah kemungkinan yang tak terhingga untuk melakukan aksi tersebut.” (buku harian, 1582)
Semoga pejalanan hidup kita semakin mendekati kehidupan St> Faustina dan tulisan-tulisanya, dan pengharapan kita akan janji pertolongannya, menyempurnakan apa yang Tuhan kita banyak inginkan dari kita dan membutuhkan kita untuk manjadi mampu memenuhi keinginan-Nya yang Kudus di dalam diri-Nya yang adalah Pengampunan Tuhan yang tak terhingga dalam setiap Pribadi.

Fr. Serphim Michalenko, MIC bertindak sebagai perwkilan postulant untuk Amerika Utara dalam kasus kanonosasi St. Maria Faustina.

Mengapa Berdoa


Mengapa Berdoa untuk
seorang Imam?

Sumber : The Mercy of God in His Works.

Sungguh sangat membahagiakan melakukan sesuatu yang indah bagi Tuhan. Seandainya kita kaya, kita mungkin mendirikan sebuah yayasan kemanusiaan guna membantu orang-orang miskin dan sakit. Tetapi kita bukanlah oaring kaya. Namun, meski demikian, ada yang lebih besar yang akan lebih menggembirakan Tuhan, yang dapat dilakukan oleh masing-masing kita, yaitu memberikan kepada Tuhan seorang imam yang suci. Seorang imam yang suci dapat dilakukan banyak hal bagi Tuhan daripada seribu imam yang tidak suci.
Apa yang dpat dilakukan oleh seorang imam? Seorang imam mempersembahkan Misa Kudus setiap hari (itu yang seharusnya dan sangat penting). Setiap Misa Kudus sama dengan Kematian Kristus di Kalvari. Setiap Misa Kudus mempunyai Nilai dan memberikan berkat-barkat yang sama dan Identik dengan nilai dan berkat-berkat dari Pengorbanan di Kalvari. Merupakan suatu Mukjizat menghidupkan orang mati. Perkerjaan-pekerjaan yang luar biasa yang tidak dapat ditandingi yang dilakukan oleh imam dalam Misa Imam mengubah Roti menjadi Tubuh Tuhan sendiri. Ketika ia mengatakan : “Inilah Tubuh-Ku”, ia mentranformasikan Hosti tersebut ke dalam Pencipta Langit dan Bumi. Sungguh sangat mengejutkan oaring yang dikaruniai dengan kepandaian yang luar biasa. Malaikat yang paling tinggi di Surga aja tidak dapat melakukan hal serupa itu. Seorang imam memberikan pengakuan dosa dan mengampuni dosa-dosa.

St. Agustinus mengatakan bahwa ketika seorang imam mengampuni seseorang Pendosa ia menggunakan kekeuatan yang lebih besar dari kekutan Tuhan sendiri yang digunakan ketika menciptakan Dunia. Semua Malaikat di Surga berkat ke dalam jiwa-jiwa, Memurnikan, Menghibur dan Menguatkan. Apa yang dilakukan oleh seorang imam suci yang sederhana setiap hari tidak dapat ditangdingi oeh semua dokter yang ternama di dunia, para ilmuwan yang termashyur dan para raja yang berkuasa. Seorang imam adalah Kristus yang lain.
Seorang imam yang suci dapat melakukan ribuan perbutan untuk Tuhan dan Dunia, dibandingkan dengan imam yang tidak suci. Kita dapat mempersembahkan kepada Tuhan seorang imam yang suci. Bagaimana caranya?

Dengan mendoakannya, mempersembahkan doa harian kita, menderita, melakukan perbuatan-perbuatan baik, besar dan kecil, mengikuti Misa Kudus dam menerima Komuni untuknya. Kita juga dapat mempersembahakan itu semua untuk orang yang kita cintai, tetapi kita juga terutama bagi imam yang kita pilih. Tentu saja, ada baiknya juga mempersembahkan doa khusu. Dengan melakukan itu, kita mendapat bagian utama dari perbuatan-perbuatannya. Para Kudus sangat memahami hal ini, seperti yang dapat kita lihat dari peristiwa-peristiwa berikut ini:

St. Theresia dari Lisieux berdoa setiap hari untuk seorang imam muda yang ia pilih sebagai saudara spiritualnya. Imam yang dipilih itu, dapat melakukan hal-hal yang besar untuk Yuhan, sementara St. Theresia dari Lisieux menerima bagian yang besar dari perbuatan imam tersebut.
Pere Olier, ketika ia masih menjadi imam muda, jauh dari kesucian yang seharusnya. Pada suatu hari seorang wanita cantik, bepakaian putih, menampakkan diri di hadapannya dan berkata : “Bapa, jadilah imam yang suci. Itu yang Tuhan kehendaki.”
Ia sangat terkesan akan hal ini, tetapi pelajaran dan pekerjaan mengacaukannya dan ia kembali jatuh ke dalam cara lamanya yang penuh kehangatan. Wanita cantik tersebut menampakan diri lagi di hadapannya, menangis dangan sedih dan berkata : “Bapa, bagaimana engkau membuat aku menderita. Jadilah imam yang suci. Itu yang Tuhan kehendaki.” Kali ini Bapa Olier mulai lebih suci dan melakukan hal-hal yang mengagumkan bagi Tuhan. Bertahun-tahun kemudian, ia mengunjungi biara para suster Dominican, dan ia terkejut melihat wanita berbaju putih yang menampakkan diri di hadapannya di Paris. Wanita berbaju putih itu ternyata salah satu dari suster di biara ini. Suster tersebut telah mendoakannya selama ini dan terima kasih atas doa-doanya, Bapa Olier menjadi salah satu imam yang tersuci dan terbesar di Perancis.
Bapa Mateo Crawley, misionaris termashyur dari Hti Kudus, menganggap keberhasilannya dalam mempertobatkan para pendosa yang sangat sulit karena doa-doa dari teman-teman dan anak-anaknya.

Kita dapat berdoa dengan penuh semangat untuk seorang imam yang akan dapat berbuat banyak untuk Tuhan, dan kita akan mendapat bagian yang besar dari perbuatan imam tersebut, meskipun imam tersebut tidak menyadari bahwa kita mendoakannya. Namun demikian, akan lebih baik jika imam tersebut tahu bahwa kita mendokaannya karena dengan demikian ia dapat melakukan lebih banyak lagi bagi kita.
Apa yang dapat dilakukan imam? Ia dapat meletakkan kita setiap hari dalam Cawan dan Dari Darah Yang Paling Berharga. Ia juga dapat berbagi dengan kita tugas Ilahinya yang diucapkannya setiap hari. Ini merupakan satu cara lain yang sangat kuat yang dapat digunakan oleh imam. Para imam ketika menjalankan tugasnya bersatu dengan Yesus, yang berdoa dengan mereka dan untuk mereka. Mereka berdoa dalam kesatuan dengan Roh Kudus, yang mengilhami kata-kata yang mereka gunakan. Bagaimana mungkin Bapa Yang Kekal menolak untuk mendengarkan doa-doa serupa itu? St. Alfonsus mengatakan bahwa satu ayat dari Tugas Keilahian berharga ratusan doa-doa lain.

Maka sangat penting berdoa untuk seorang imam.
Semakin banyak kita berdoa baginya semakin banyak juga kita berdoa bagi diri kita sendiri. Imam terus akan berdoa untuk kita ketika kita sudah meninggal dunia. Teman-teman dan saudara-saudara kita dengan cepat akan melupakan kita. Bagaimana doa-doa kita dapat mempengaruhi seorang imam.
Doa-doa tersebut akan memberikan kepada imam, misalnya, inspirasi yang terlihat sederhana, tetapi yang dapat membantunya melakukan perbuatan besar bagi Tuhan.
Hanya sedikit umat Katholik yang mengetahui perbuatan besar yang dapat mereka lakukan dan betapa luar biasanya kekuatan doa, terutama ketika doa itu diperuntukkan bagi seorang imam.

Injil : Yoh 17 : 1-26
Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ''Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
2
Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.
3
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
4
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
5
Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.
6
Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.
7
Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu.
8
Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
9
Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
10
dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
11
Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.
12
Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
13
Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.
14
Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
15
Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
16
Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
17
Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
18
Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;
19
dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.
20
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
21
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
22
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
23
Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
24
Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
25
Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
26
dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.''

Kamis, 03 Juli 2008

Yohanes Paulus Agung


Pesan Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II Pada Hari
Minggu Misi 2004

Ekaristi dan Misi

Saudara-saudariku terkasih ,

1. Kegiatan misioner Gereja merupakan satu hal yang tetap mendesak, juga pada awal milenium ketiga ini, sebagaimana sudah sering saya katakan.
Misi, sebagaimana saya tegaskan dalam Ensiklik Redemptoris Missio masih jauh dari sempurna, dan karena itu kita harus membaktikan seluruh diri kita dengan sepenuh hati untuk melaksanakan tugas perutusan ini (Redemptoris Missio no.1). Seluruh Umat Allah , pada setiap saat dalam ziarah sepanjang sejarah hidupnya, dipanggil untuk turut merasakan “Kehausan Penebus”(Yoh 19,28). Kehausan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa sungguh-sungguh dirasakan oleh para orang kudus: sebagai contoh Santa Theresia Lisieux , Pelindung Misi, dan Uskup Comboni, seorang rasul besar dari Afrika yang belum lama ini saya dengan rasa bahagia memberinya gelar kudus.
Tantangan sosial dan religius yang dihadapi umat manusia dalam kehidupan kita sehari-hari, mendorong umat beriman untuk membarui diri dalam semangat perutusan. Ya! Dewasa ini perlu dicanangkan kembali semangat perutusan “ad gentes”(kepada bangsa-bangsa), bermula dengan pewartaan tentang Kristus, Penebus umat manusia. Kongres Ekaristi Internasional yang akan diselenggarakan di Guadalajara, Meksiko pada bulan Oktober, Bulan Misi, akan menjadi kesempatan yang luar biasa untuk bertumbuh dalam kesadaran misioner bersama di sekitar meja kurban Tubuh dan Darah Kristus.
Berhimpun di sekitar altar, Gereja mengenal lebih baik asal-usul dan tugas perutusannya. Sebagaimana ditegaskan secara jelas dalam tema peringatan Hari Minggu Misi Sedunia tahun ini, “Ekaristi dan Misi” tak dapat dipisahkan. Selain refleksi tentang hubungan antara misteri Ekaristi dan misteri Gereja, pada tahun ini dikenangkan pula Santa Perawan Maria, bertepatan dengan peringatan 150 tahun penetapan Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda (1854-2004). Marilah kita merenungkan Ekaristi dengan dengan cara Maria. Sambil memohon pengantaraan Bunda Perawan, Gereja mempersembahkan Kristus, Roti Keselamatan, kepada semua bangsa supaya mereka mengenal dan menerima Dia sebagai satu-satunya Penyelamat umat manusia.

2. Kembali ke Ruangan Perjamuan Terakhir,

tahun lalu, tepatnya pada Hari Kamis Putih, saya telah mencanangkan Ensiklik Ecclesia de Eucharistia. Saya ingin mengambil dari ensiklik ini beberapa pesan yang akan menolong kita, Saudara-saudari yang terkasih, untuk menghayati Hari Minggu Misi Sedunia tahun ini dengan semangat Ekaristi. “Ekaristi membangun Gereja dan Gereja mengampuhkan Ekaristi” (Ecclesia de Eucharistia no.26). Demikianlah saya telah menulis, seraya mengamati bagaimana misi Gereja merupakan kelanjutan dari misi Kristus (Bdk. Yoh 20,21) dan menimba kekuatan rohani dari persatuan dengan Tubuh dan DarahNya. Tujuan dari Ekaristi adalah “persekutuan umat manusia dengan Kristus dan di dalam Dia dengan Bapa serta Roh Kudus. (Ecclesia de Eucharistia, no.22). Ketika kita mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi, kita memahami secara lebih mendalam tentang penebusan untuk semua umat manusia dan ,karena itu, pentingnya misi Gereja dengan programnya “yang berpusat pada Kristus sendiri , Dia yang harus dikenal, dikasihi dan diteladani, agar di dalam Dia kita dapat menghayati hidup Tritunggal Mahakudus, dan bersama Dia mengubah sejarah hingga mencapai kepenuhannya di Yerusalem surgawi” (Ecclesia de Eucharistia no. 60)

Berpusat pada Kristus dalam Ekaristi, Gereja bertumbuh sebagai umat, Bait Allah dan keluarga Allah : satu, kudus, Katolik dan apostolik. Pada waktu yang sama Gereja memahami dengan lebih baik dirinya sebagai sakramen penebusan bagi semua umat manusia dan yang tampak nyata dalam struktur hirarkis. Jelas, “tak ada komunitas Kristiani dapat dibangun kecuali ia berdasar dan berpusat pada perayaan Ekaristi Mahakudus” (Ecclesia de Eucharistia no. 33; Bdk. Presbyterorum Ordinis 6). Pada akhir setiap Perayaan Ekaristi, ketika imam mengutus umat dengan kata-kata “Ite, Missa est” (Misa sudah selesai), semua umat seharusnya merasa diutus sebagai “misionaris-misionaris Ekaristi” untuk membawa karunia yang diterima ke lingkungannya masing-masing. Sebenarnya setiap orang yang berjumpa dengan Kristus dalam Ekaristi tidak akan pernah gagal memberitakan melalui hidupnya kasih Sang Penebus yang murah hati.

3. Untuk menghayati Ekaristi,

sangatlah perlu meluangkan waktu untuk beradorasi di depan Sakramen Mahakudus, suatu hal yang saya sendiri lakukan setiap hari seraya menimba kekuatan, penghiburan dan pertolongan (Ecclesia de Eucharistia 25). Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “Ekaristi adalah sumber dan puncak dari seluruh kehidupan Kristiani” (Lumen Gentium 11), “sumber dan puncak dari seluruh pewartaan Injil” (Presbyterorum Ordinis 5).
Roti dan anggur, buah karya tangan manusia, yang diubah oleh Roh Kudus menjadi tubuh dan darah Kristus, menjadi tanda “surga baru dan bumi baru” (Wahyu, 21,1) yang diwartakan oleh Gereja dalam misinya sehari-hari. Dalam Kristus, yang kita sembah kehadiran-Nya dalam misteri Ekaristi, Bapa menyatakan sabda sepenuhnya tentang manusia dan sejarahnya.
Bagaimana Gereja bisa memenuhi panggilannya tanpa menjalin hubungan yang tetap dengan Ekaristi, tanpa memelihara dirinya dengan santapan yang menguduskan, tanpa mendasarkan kegiatan misionernya pada kekuatan yang sangat diperlukan ini? Untuk mewartakan Injil kepada dunia dibutuhkan rasul-rasul yang adalah “ahli” dalam hal perayaan, penyembahan dan perenungan tentang Ekaristi.

4. Dalam Ekaristi kita mengenang misteri penebusan yang berpuncak pada kurban Tuhan sendiri,

sebagaimana dalam kata-kata konsekrasi: “Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu…;…Darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22,19-20). Kristus mati untuk kita semua. Dan bagi semua orang kurban itu merupakan anugerah keselamatan yang hadir secara sakramental dalam Ekaristi sepanjang sejarah manusia: “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku” (Lukas 22,19). Amanat ini dipercayakan kepada pelayan tertahbis melalui Sakramen Imamat. Dalam perjamuan dan kurban ini semua orang diundang untuk mengambil bagian dalam kehidupan Kristus sendiri: “Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (Yoh 6:56-57). Dikuatkan oleh santapan-Nya, orang beriman mampu memahami bahwa tugas misioner berarti menjadi “persembahan yang berkenan kepada-Nya, disucikan oleh Roh Kudus (Rom 15,16), supaya semakin menjadi “sehati dan sejiwa”(Kis,4,32) dan menjadi saksi-saksi cintaNya sampai ke ujung dunia.
Setelah berjalan sekian abad, sambil menghidupkan kembali setiap hari kurban di altar, Gereja,umat Tuhan, menantikan kedatangan Kristus dalam kemuliaan. Hal ini dimaklumkan sesudah konsekrasi oleh umat yang merayakan ekaristi di sekitar altar. Dari waktu ke waktu dengan iman yang diperbarui, Gereja mengulangi kerinduannya akan perjumpaan sepenuhnya dengan Kristus yang datang untuk menyelesaikan rencana keselamatanNya bagi semua manusia.
Roh Kudus, sekalipun tak tampak tetapi berkarya dengan penuh daya, membimbing umat Kristiani dalam perjalanan rohaninya sehari-hari di mana mereka senantiasa menghadapi berbagai kesulitan dan mengalami misteri Salib. Ekaristi merupakan penghiburan dan janji kemenangan akhir bagi mereka yang melawan kejahatan dan dosa. Ekaristi ini adalah “Roti Kehidupan” yang meneguhkan kehidupan mereka yang pada gilirannya menjadi “Roti yang dipecah-pecahkan” bagi orang lain, bahkan sampai menjadi martir demi kesetiaannya kepada Injil.

5. Tahun ini, sebagaimana telah saya katakan, merupakan peringatan ke-150 penetapan dogma Maria Dikandung Tanpa Noda.

Maria “ditebus dengan cara yang istimewa berkat jasa PutraNya”(Lumen Gentium 53). Saya mengatakan dalam Surat Ensiklik Ecclesia de Eucharistia: “Kagum akan Bunda Maria, kita menjadi sadar bahwa daya pembaharuan terdapat dalam Ekaristi. Di dalam Maria kita melihat dunia diperbarui dalam cinta” (no. 62).
Maria, “tabernakel” perdana dalam sejarah” (no.55)memperlihatkan dan menawarkan kepada kita Kristus, Jalan, Kebenaran dan Hidup (Bdk. Yoh 14,6). Jika “Gereja dan Ekaristi satu tak terpisahkan, hal yang sama pantas dikatakan mengenai Maria dan Ekaristi” (Ecclesia de Eucharistia, 57).
Saya berharap bahwa dua peristiwa gembira yang bersamaan waktu, yakni Kongres Ekaristi Internasional dan peringatan 150 tahun penetapan Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda memberikan kepada umat beriman, paroki-paroki dan lembaga-lembaga misioner suatu kesempatan untuk menguatkan semangat misioner mereka, sehingga dalam setiap komunitas selalu ada “kelaparan sejati akan Ekaristi” ( no.33).
Ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk mengingat sumbangan jasa dari Karya Misi Kepausan yang sangat bernilai untuk kegiatan pewartaan Gereja. Mereka sangat berkenan di hati saya dan saya berterimakasih kepada mereka, atas nama semua, karena pelayanan yang amat berharga untuk misi “ad gentes dan evangelisasi baru”. Saya mohon kepada kalian untuk mendukung mereka secara spiritual dan material dengan demikian melalui bantuan mereka pewartaan Injil dapat sampai pada semua bangsa di dunia .
Dengan penuh kasih yang mendalam , sambil memohon perantaraan Santa Maria, “Bunda Ekaristi”, saya melimpahkan kalian dengan Berkat Apostolik-ku.

Dari Vatikan, 19 April 2004
Paus Yohanes Paulus II

Maria

Gelar Maria Sebagai Penebus Serta

Walaupun hingga kini belum diakui secara resmi oleh Bunda Gereja (Magisterium, Kolegium Para Uskup Gereja Katolik seluruh dunia di bawah pimpinan Paus sebagai uskup Roma), umat Kristen Katolik juga menyebut Bunda Maria Penebus Serta (Coredemtrix =penebus serta, kawan atau rekan penebus). Dengan gelar penebus serta tidak berarti kita memiliki dua penebus, penebus dan juru selamat kita hanya Yesus Kristus (Lihat Yoh 14:6; Kis 4:12; Mat 20:28; Mrk 10:45; 1Tim 2:6).
Maria mendapat Gelar Penebus serta karena ia memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah keselamatan. Bila kita perhatikan Lukas 1:38 "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." disini jelas bahwa Maria mau mengandung Yesus yang adalah Juruselamat dan Penebus (dengan segala konsekuensinya bahkan Penderitaan dan kepedihan "dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri" Luk 2:35), Maria bisa saja menolak, karena setiap manusia dikaruniai kehendak bebas (bdk Ul 30:19), nah inilah yang menjadikan Maria sebagai penebus serta, karena ketidaktaatan manusia akan kehendak Allah "ditebus" dengan Ketaatan Maria kepada kehendak Allah. Itulah sebabnya para Bapa Gereja mengatakan bahwa Maria adalah Hawa yang baru (a new Eve) hal itu diungkapkan oleh St. Justinus Martir dan Irenaeus pada Abad ke 2 bahkan St. Hieronimus mengatakan "Per Evam mors, per Mariam vita" Maut datang melalui Hawa, kehidupan datang melalui Maria.

Dalam hal ini Maria tidak ikut menebus seperti Yesus, tetapi maria membuka jalan sehingga karya Penebusan itu terjadi. Kerjasama yang erat antara Allah dan Maria membuat karya keselamatan itu terjadi karena itulah Maria mendapat gelar Penebus serta atau Rekan Penebus (Co Redemptrix)

Ada anggapan bahwa Kita akan semakin sulit mengerti gelar Maria sebagai Coredemtrix bila kita berhadapan dengan gelar Maria "dikandung tanpa noda dosa" (dogma: Maria Immaculate Conception).Dogma Maria "dikandung tanpa noda dosa asal" maksudnya bahwa sejak Maria dikandung oleh ibunya (St. Anna), Maria telah dilindungi atau ditebus secara istimewa oleh Allah sehingga ia tidak terkena dosa asal Adam-Hawa agar layak menjadi ibu Juru Selamat Yesus Kristus. Masalah: Kita percaya bahwa karya penebusan Yesus Kristus itu bersifat universal.
Maksudnya, semua orang, tanpa kecuali, sejak Adam dan Hawa, ditebus Yesus dari dosa asal. Tapi kita yakin bahwa Maria sudah bebas dari dosa asal, maka Maria tidak terkena karya penebusan Yesus. Akibat lebih lanjut karya penebusan Yesus tidak universal. Persoalan ini dijelaskan Gereja dengan mengatakan bahwa karya penebusan Yesus Kristus tidak dibatasi ruang dan waktu.
Yesus sudah mulai menebus secara sebelum Ia menjelma menjadi manusia. Ia sudah menebus ibuNya Maria dari noda dosa asal sebelum supaya layak menjadi BundaNya, dan dengan demikian karya penebusan Yesus tatap universal. Kalau kita percaya bahwa sebagai Allah karya penebusan Yesus bisa saja tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia bisa saja sudah mulai berkarya secara efektif sebelum menjelma menjadi manusia. Tapi dalam hubungan dengan gelar coredemtrix, bagaimana kita bisa mengerti kalau Maria juga sudah ikut menebus bersama Yesus sejak sebelum Ia menjadi menusia?
Terhadap masalah ini pertama-tama kita harus melihat bahwa Maria tidak ikut menebus seperti Yesus. lalu hubungannya dengan Dogma Maria dikandung tidak bernoda asal adalah sbb:
Maria dikandung tidak bernoda untuk mengantisipasi kelahiran Yesus sehingga Maria sejak dalam kandungan ibunya bebas dari noda dosa sehingga Maria menikmati karya penebusan itu terlebih dahulu (untuk lebih jelasnya lihat Maria disebut tabut perjanjian, Maria dikandung tanpa Noda Dosa (Immaculata) & Maria Diangkat ke Surga). tetapi Maria itu tetap seorang manusia dan dengan demikian ia memiliki kehendak bebas untuk memutuskan sesuatu (bdk Ul 30:19). lalu Maria memilih taat kepada kehendak Allah dengan mau dan bersedia melahirkan Yesus, maka ketika ia menyetujui untuk mengandung Yesus maka ia setuju untuk bekerjasama dengan Allah dalam mewujudkan karya keselamatan dengan hal inilah ia disebut Rekan Penebus (Penebus Serta / Co-Redemptor)

Manificat
Lukas 1 : 47-55
Lalu kata Maria: ''Jiwaku memuliakan Tuhan,
47
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
48
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
49
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.
50
Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
51
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
52
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
53
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
54
Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,
55
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.''

Yesus Kristus

7 Ucapan Terakhir Yesus.
Oleh : Rm. Moses Beding, CSSR
Ave Maria edisi AM 41

Tujuh kata terakhir yang diucapkan Yesus dari atas Salib, mengungkapkan penderitaan, kepercayaan dan cinta-Nya.
Suatau tradisi saleh memberikan penghormatan yang saleh pada kata-kata terakhir yang diucapakan Yesus pada saat menjelang wafat-Nya dalam keempat Injil.
Dari atas salib kita menemukan uacapan Yasus sekali dalam Injil Mathius dan Markus, tiga kali dalam Injil Lukas dan tiga kali dalam Injil Yohanes.
Berbicara dalam penderitaan sakratul maut dan dalam kegelapan diatas salib, semua kata-kata ini mengkunakapkan pandangan Yesus tentang kematian-Nya menurut penekanan masing-masing Pengijil. Kita tak mengetahui urutan kata-kata ini diucapakan, Harmonisasi dari Injil sejak abad kedua telah menempatkan semuanya dalam berbagai macam urutan.
Kita juga tidak tahu, apakah setiap penginjil memiliki kata-kata Yesus dari Salib sejak awal dari kisah Sengsara, atau mereka mengungkapakan suatu pengertian tertentu dari hari misa dan nasib/takdir dari Yesus.
Yang kita tahu ialah bahwa ketujuh kata-kata/ucapan ini adalah tujuh ucapan yang diilhami dari kisah Sengsara Kanonis yang diturunkan kepada kita oleh empat Penginjil/Penulis, Marilah kita merenungkan setiap ucapan Yesus ini dengan maksud untuk bertnya apa ayng diajarkan mereka ke[ada kita tentang Tuhan Yesus yang tersalib dan arti dari kematian-Nya.

1. Ucapan Pertama :
” Ya, Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”( Luk 23 :34)
Yesus dikianati, ditinggalkan, dihina,dianiaya; namun demikian Dia masih sanggup memohon pada bapa-Nya untuk mengampuni orang-orang yang bertanggung-jawab atas penderitaan-Nya. Doa Yesus terucap tak tersangka-sangka setelah Dia disalibkan tergantung di antara dua orang penyamun. Kata yang stu itu “Ampunilah” menyelamatkan kekejaman yang dahsyat dan adegan penuh kebencian.
Pengampunan adalah : Sesuatu yang sangat mahal. Amat sangat mudah untuk memberikan semacam pengampunan sepanjang lengan tangan, memberikan pengampunan, jika kita tidak dilukai secara serius. Akan tetapi pengampunan yang sesungguhnya adalah suatu pengampunan yang sungguh keluar dari hati untuk membiarkan berlalu kepedihan dan kebencian apabila kita telah menjadi korban luka serius yang dibuat oleh orang lain.
Pengampunan adalah jalan satu-satunya menuju kepadaperdamaian dalam suatu dunia yang ditnadai/dijejali dengan penghinaan, kelalian, kekerasan dan dendam. Untuk siapa Yesus memohon pengmpunan dari Bapa?
Pertama tentu bagi serdadu-serdadu Roma yang memaku Dia di Palang salib dan bagi para pengusa Roma yang menjatuhkan hukuman mati ke atas-Nya. Selanjutnya untuk “Imam-imam kepala, dan pemimpin serta Rakyat” Yerusalem (Luk 23 :13) yang berteriak-teriak “Salibkanlah Dia” (Luk 23 :21)
Namun menurut Yesus, orang-orang Roma dan orang-orang Yahudi dari Yerusalem tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lukas mepertegas ketidaktahuan para pemimpin dan rakyat Yerusalem dalam kotbah St. Petrus dalam Kisah Para Rasul, “Hai saudara-saudara aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian kerana ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”(Kis 3 :17) Dalam pidatonya Rasul Paulus, Penginjil Lukas mengilhaminya bahwa rakyat Yerusalem menghukum Yesus, karena “mereka gagal mengenal-Nya” (Kis 13 : 27) Jelas bahwa rakyat Yerusalem tidak diberitau atau karena mereka tidak menangkap tanda-tanda dari perbuatan/tindakan mereka. Yesus telah menangisi Yerusalem dan sambil meratap Ia berseru, “Wahai betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”(Luk 19 : 42) Rakyat bandel dank eras kepala dan tidak mematuhi rencana Allah . Sangat menarik untuk dicermati aialah bahwa meskipun orang tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan, namun mereka tetap butuh pengampunan.
Pengampunan para penyiksa_nya, untuk mereka Yesus berdoa pada bukit tengkorak di luar Yerusalem menjalar dari sana semakin meluas mencakup sekelilingnya bahkan sampai ke seluruh dunia. Dalam buku Yona, Allah menytakan belaskasihan-Nya atas orang-orang Asyria yang jahat – “orang-orang yang tidak dapat membedakan tangan kanan dari tangan kirinya”, meskipun segala kebengisan telah mereka lakukan pada orang lain.(Yona 4 : 11)
Doa Yesus untuk pengmpunan turun juga ke atas kita masing-masing kita ayng tahu dengan baik apa yang kita lakukan, tetapi kita tidak pernah tahu ettang derita dan sengsara yang disebabkan oleh dosa-dosa kita pada Hati Yesus. Yesus yang mengajar para murid-Nya mencintai, bahkan mencintai musih-musiuh mereka memberikan teladan dan contoh. Ia mendorong kita untuk mencintai, karena inilah dan hanya satu-satunya jalan kepada perdamaian.

2. Ucapan Kedua :
“Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”(Luk 23 : 42)
Dalam sakratulmaut dari tiga oarng korban yang disalibkan, mengalirlah dengan derasnya rahmat penebusan. Injil Lukas mempresentasikan perbedaan kontras antara dua pejahat yang dislibkan seblah kiri dan kanan Yesus – dua perbedaan yang radikal dalam menanggapi Yesus sorang penjahat turut ikut-ikutan dalam olok-olokan dan hojatan terhadap Yesus, gagal dalam menghadapi Allah – ia tidak takut akan Allah (Luk 23 : 39-40). Yang lain dengan terbuka mengakui kesalahannya – “kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita” (Luk 23 : 41) – kemudian ia berpaling kepada Yesus memohon pertolongan – “Yesus ingatlah akan aku, apabila engkau dating sebagai Raja.” (Luk 23 :42)
Sambil berpaling kepada Yesus penjahat yang bertobat itu melihat sesuatu dalam orang yang ditahan ditengah-tengah mereka, hal mana tidak terlihat oleh si pengejek itu. Penjahat yang bertobat itu melihat seorang Raja, yang duduk di atas Tahta-Nya, didandani/dihiasi dengan belaskasihan mengambil kekuasaan dalam kerajaan-Nya. Pandangan iman dari si penjahat tidak dapat menyangkal akan kenyataan penderitaan dahsyat dan penolakan yang diderita oleh Yesus. Dan hal itu menyakinkan kita tidak ada satupun penderitaan yang lpaling dalam, yang tidak dialami oleh Raja Penyelamat kita. Jawaban Yesus, “Hari ini juga angkau akan ada bersama-Ku di dalam Firdau”, menunjukan betapa dahsyatnya kuasa penyelamatan dari kematian Yesus di atas salib. Keseluruhan Injil Lukas menekankan skeselamatan serta merta yang ditawarkan oleh Yesus kepada para Gembala “Pada hari ini telah lahir bagimu seorang Juru Selamat”, kepada Zakeus “Pada hari ini keselamatan turun ke atas rumah ini” (Luk 19 :9) Yesus menjanjikan bahwa penjahat yang bertobat itu akan segara/serta merta menikmati terang kebahagiaan bersama Allah, kebahagiaan Firdaus. Seprti halnya Ia hidup, demikianpun Yesus Wafat, yaitu memberikan pengampunan atas dosa-dosa dan mendatangkan keselamatan. Yesus “Datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”(Luk 19 : 10), malaui kehidupan-Nya Yesus menjadi “sahabat para pendosa” (Luk 7 :34). Janji Yesus kepada para pendamping-Nya (penjahat) pada saat ajal adalah juga janji Yesus kepada kita semua. “Karena kit semua masih tetap orang berdosa, Kristus Wafat untuk kita”(Rom 5 :8). Kata-kata Yesus kepada para penjahat pada saat ajal mereka, meyakinkan kita bahwa betapapun gelap dan susah hidup kita, kita tidak pernah kehilangan pengharapan. Kita dapat berpaling kepada Dia yang menjanjikan Firdaus kepada penjahat dan kitapun tahu bahwa janji yang akan ditunjukan-Nya juga kepada kita.

3. Ucapan Ketiga :
“Ibu inilah anakmu”-“Inilah ibumu” (Yoh 19 : 26-27)
Yesus mengetahui pikiran dan perasaan ibu-Nya, ketika ia mendampinginya pada saat ajl-Nya. Derita dan kesedihannya tidak ada bandingnya, maka pada saat kematian-Nya makin mendekat, Ia menyerahkan ibu-Nya, Maria, kepada murid yang sangat dikasihi-Nya, dengan jaminan bahwa murid itu akan memeliharanya setelah Ia meninggal. Dengan demikian Yesus mau mengatakan kepada mereka yang paling dikasihi-Nya, bahwa mereka tidak ditinggalkan sendirian.
Namun demikian Yohanes bermaksud untuk menyampaikan lebih dari pada sekedar cinta seorang anak dalam agegan ini. Ia tidak menyebut nama ibu-Nya, Maria dipanggil-Nya “wanita”, Murid yang menjadi “putranya, ia disebut” murid yang dikasihi-Nya”. Dibawah salib dua tokoh histories mengembambil suatu perenan yang lebih simbolik dan spiritual, membentuk suatu keluarga baru.
Eva, wanita pertama adalah “ibu dari semua yang hidup”(Kej 3 :20). Maria, Eva baru, adalah ibu dari Gereja. Murid yang dikasihi itu mewakili semua orang yang dikasihi oleh Yesus sebagai saudara-Nya dalam keluarga-Nya, ialah siapa saja yang melaksanakan kehendak Bapa-Nya(Mrk 3 :35). Dalam Injil Lukas, Yesus berkata bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya adalah “mereka yang mendengar Sabda Allah dan melaksanakannya” (Luk 8 :21). Keluarga baru ini yang dibangunkan dibawah salib adalah suatu persekutuan para kudus, baik diatas bBumi maupun di dalam Surga. Pada saat yang sama Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada perlindungan murid yang dikasihi-Nya. Ia menyrahkan murid-Nya ke bawah perlindungan ibu-Nya. Maka seperti halnya ibu-Nya mengambil bagian dalam Misteri kehidupan Kristus dalam segala kepenuhan suka dan duka-Nya, maka demikian pula ia mengambil bagian secara akrab dan mesra dalam kehidupan para saudara Kristus diatas Bumi. Sebagai “Bunda yang berdukacita” ramalan Simeon terpenuhi di dalam dia “sebuah pedang akan melukai hatimu”(Luk 2 :35). Tetapi ia pun tahu bahwa penderitaan dan kematian tidak mempunyai kata terakhir dalam rencana Allah untuk kita. Maria mengajarkan pada kita kemungkinan-kemungkinan dari pengharapan yang baru yang timbul/muncul dari kehidupan dan menunjukan pada kita bagaimana mencegah kehancuran diri sendiri atau keputusan. Dia yang melahirkan Sabda Allah, tahu bahwa anak-anaknya ditetapkan dan ditentukan untuk dilahirkan kembali ke dalam kepenuhan hidup.

4. Ucapan Kempat :
“Allah-Ku ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (mat 27 :46)
Pada saat-saat terakhir menjelang ajal-Nya, Yesus berteriak menggeliat mengucapkan kata-kata yang paling ngeri dan menakutkan dalam Kitab Suci. Yesus sama sekali ditinggalkan oleh para murid yang paling dekat dengan-Nya, bahkan kedekatan yang rukun meliputi daerah sekitearnya melukiskan kesuraman dari hari yang sangat menakutkan itu. Pada salib Yesus terjungkal/terbenam ke dalam derita yang paling dalam baik secara fisik maupun secara emosional. Ia berteriak dari kedalaman pengalaman-Nya sendiri terbuang dan ditinggalkan Seruan dan pekikan mengungkapkan perasaan-Nya, bagaimana Ia dibuang dan ditinggalkan sama sekali, bahkan Bapa-Nya sendiri seolah-olah menyembunyikan wajah-Nya.
Dalam penderitaan dan kesusahan-Nya, Yesus memilih kata-kata dari Mazmur 22, keluh kesah bangsa Israel yang paling kuat dan dahsyat. Sebagai seorang Yahudi yang saleh, Yesus hafal bentuk kata-kata dari Mazmur. Dan kata-kata itu dari Mazmur akan muncul/timbul dengan sendirinya dalam pikiran untuk mengungkapkan keluh-kesah, pujian, kemarahan, kepercayaan, syukur atau pengharapan. Matius dan Markus menyampaikan pada kita baris-baris pembukaan dari Mazmur dalam bahasa Ibrani, bahasa dari doa Yesus(Mat 27 :46), dan bahasa Aram, bahasa dari khotbah Yesus (Mrk 15 :34). Kita dapat menyimpulkan, bahwa Yesus mendoakan seluruh Mazmur menjelang hembusan nafas teakhir-Nya Mazmur diawali dengan mengungkapkan nasib seseorang yang ditinggalkan dan terbuang, dan lalu dilanjutkan dengan menungkapkan kepercayaan kepada kesetiaan Allah. Mazmur itu tidak berakhir dalam kemenangan dan pembasan. Karena bagi Yesus doa terkhir ini adalah suatau ungkapan dari iman dan bukannya kepedihan atau putus asa.
Dalam menanggung konsekuensi dari dosa-dosa umat manusia, Yesus menglami akibat dosa yang paling buruk, yaitu pengalaman manusia yang ditinggalkan Allah. Namun perasaan mnusia bahwa terpisah dari Allah itu bukanlah seluruh kenyataan yang sebnarnya; yang benar ialah bahwa Allah tidak pernah akan meninggalkan kita. Dalam kegelapan pada hari itu di atas bukit Gogota, cahaya terang, dunia ini tertutup, tetapi bukan padam dari kegelapan, seseorang yang beriman dan percaya, tahu bahwa dating melalui kegelapan/kepekatan yang luar biasa, maka kita dapat percaya, bahwa apabila kita merasa dibuang dan ditinggalkan, Allah bersama kita dan ingin membawa kita dan menghantar kita keseberang (ketepi yang lain), Kebahagiaan.

5. Ucapan Kelima :
“Aku haus”(Yoh 19 :28)
Semua kata-kat dalam Kitab Suci, terutama dari Injil Yohanes mempunyai beberepa arti. Yesus meneriakan kata-kata inidari salib, karena secara fisik Ia merasa amat sangat haus dan didera kekeringan selama bergulat dengan maut. Tetapi lebih daripada itu kata-kat ini mempunyai arti yang lebih mendalam dan penuh misteri. Injil memberikan kepada kita suatu syarat mengenai pengertian-pengertian ini, ketika Yohanes berkata, bahwa Yesus mengungkapkan kata-kata ini supaya terpenuhi apa yang dikatakan dalam Kitab Suci. Mazmur 33 berbicara mengenai kegetiran sesorang yang sedang menderita. “Kekuatanku kering seperti beling dan lidahku melekat pada langitlangit mulutku.”(Mzm 22 :16). Dalam Mazmur 69 terdengarlah lagi teriakan/pekik kesengsaraaan yang lain. “Dan pada waktu aku haus, mereka memberikanku minum anggur asam.”(Mzm 69 :22). Minum anggur asam yang disiapkan oleh serdadu adalah pemenuhan yang melengkapi Kitab Suci dan mengatakan penyelesaian tugas-Nya diatas Bumi. Di dalam taman Getsemani, Yesus berketetapan untuk tidak melenceng/membelok dari perutusan yang diberikan kepada-Nya: “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” (Yoh 18 :11). Memenuhi kehendak Bapa adalah kehausan-Nya; inilah cawan adalah kematian Yesus yang menyelamatkan Inilah cawan, yang dalam ketiga Injil, Yesus berdoa dalam taman agar lewat dari pada-Nya. Akan tetapi justru diatas salib Yesus ditetapkan untuk minum dari cawan kematian-Nya, karena tindakan terakhir dari cinta kasih ini menyatakan cinta kasih Allah yang membawa penebusan. Kehausan Yesus yang sangat menggetirkan ini adalah untuk melengkapi janji Allah dalam Kitab Suci dan untuk memenuhi tugas perutusan-Nya.
Kehausan Yesus diatas salib, hendaknya juga menjadi kehausan kita. Apakah kehausan yang paling mengetirkan dalam diri kita? Ketika Yesus berbicara dengan wanita Samaria di sumur Yakub dia berkata,”Barang siapa yang minum air yang akan Ku-berikan kepadnya, ia tidak akan haus untuk selam-lamanya” sebaliknya air yang akan Ku-berikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada kehidupan kekal (Yoh 4 :14). Pada hari raya pesta besar di Yerusalem, Yesus berkata kepada orang-orang yang berkumpul :”Barangsiapa haus baiklah ia dating kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci; dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air Hidup.”(Yoh 7 :37)
Allah sendirilah ayng dpat memuaskan kehausan kita ayng paling dalam. Marilah kita merasa haus akan Rahmat, akan beklaskasihan dan sukacita karena pancaran mata air adalah cinta Allah di dalam kita.

6. Ucapan Keenam :
“Sudah selasai”(Yoh 19 :30)
Sabda terakhir Yesus dalam Injil Yohanes bukanlah suatu teriakan kerena siksaan/penganiayaan atau karena penolakan, melainkan suatu teriakan/pekik kemenangan. Kata ini diterjemahkan “Telah Selesai” secara harafiah berarti “Sempurna”(Tuntas) dan kata-kata Yesus pada saat menjelang kematian-Nya sebaiknya diingat sebagai “Telah Selesai/Terpenuhi”!
Sesuai menyelesaikan tugas perutusan-Nya, yaitu membawa keselamatan kepada Umat Allah, Yesus tahu dengan juaminan/kepastian yang mulia, bahwa tibalah saatnya, itulah saat-nya untuk mati. Sekarang Yesus menyempurnakan karya yang telah diberikan oleh Bapa kepada-Nya. Di atas salib Ia meminum dari piala yang diberikan kepada-Nya sebagai suatu Komunitas baru terdiri dari ibu dan murid. Yohanes memperkuat penyempurnaan ini ketika Ia menundukkan kepala dan menyerahkan roh-Nya.
Manyerhkan roh-Nya tidak hanya berarti bahwa Yesus Mati. Secara harafiah kata itu berarti “mempersembahkan, menyerahkan, mempercayakan.” Pada saat kematian Yesus Roh kepada Komunitas baru yang dibentuk-Nya dibawah salib, Pada saat Yesus wafat lahirlah Gereja.
Pandangan Yesus yang menyakinkan tetang kematian-Nya sendiri sebagai pemenuhan dan kelengkapan seluruh hidup-Nya, kiranya dapat mengilhami dan mendorong kita untuk hidup dan mati seperti itu/dengan cara yang sama, sehingga pada saat ajal kita dapat tersenyum smentara tiap orang di sekitar kita menangis.

7. Ucapan Ketujuh :
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserakan nyawa-Ku” (Luk 23 :46)
Sering dalam Injil Lukas, Yesus mengajarkan para murid-Nya tetang doa dan memberikan mereka contoh dari doa-Nya sendiri kepada Bapa. Tetapi sekali dalam Injil ini, kata-kata sakti Yesus menjelang wafat ini diucapakan dalam bentuk doa. Biarpun dalam sakratulmaut, Yesus memberikan kesaksian mengenai kuasa Allah yang menolong. Ia wafat penuh kepercayaan dan pasrah menyerahkan hidup-Nya kepada Bapa/ke dalam tangan Bapa. Kata-kata dari doa terakhir Yesus ini diambil/dikutip dari Mzm 31 Doa-doa lain yang penuh daya dan kekuatan, yang terdapat dalam Injil. Kita dapat mengandaikan bahwa Yesus mengenal dan menghafal betul Mazmur ini dan bahwa Ia mengalami dan merasakan damai dalam banyak baitnya, termasuk versi yang dikutip Lukas sebagai kata-katanya yang terakhir. Mazmur adalah doa kepercayaan, keluh-kesah dan syukur. Ia mengungkapakan pasang surut situasi emosional yang paling sulit dari seseorang yang mengalami stress, terombang-ambing dari ketakutan kepada kepercayaan lalu kepada syukur. Dalam Mazmur kita menyaksikan kehadiran Allah yang paling dalam dengan seseorang yang merasa “sebagai seseorang yang mati….. bagaikan sebuah belanga yang pecah.”
Ketika itu para lawan/musuh sekongkol untuk melawan-Nya dan berencana untuk membunuh-Nya (Mzm 31 : 11-13). Seorang penderita mengelami Allah sebagai suatu “Benteng/Batu karang perlindungan…. Suatu benteng yang kuat.” Ia sadar bahwa Allah paling dekat dan hadir, meski Ia kelihatannya tidak ada, orang yang menderita sanggup menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah. (Mzm 31 :6)
Sabda yesus ini adalah bagian dari doa malam tradisi Gereja, Setiap malam kita menyerahkan roh kita kepada Allah. Malalui kata-kata pemazmur, Yesus mendorong dan menguatkan kita untuk “Mencinati Allah…. Menjadi kuat dan biarkanlah hatimu dikuatkan, semua kamu yang menantikan Allah”(Mzm 31 :23-24)


''Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
7
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
8
Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
9
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
10
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
11
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
12
dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
13
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
14
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
15
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.''